Pak Kristison: "Sering ada kawan tanya. Koq bukunya banyak, memang bisa dibaca semua? Mendengar pertanyaannya itu saya malah bingung, memangnya dia ngak beli banyak buku, lalu bertahun berkhotbah mengajar jemaat dari mana dia dapat pengetahuan? Apakah jemaat diberi pengajaran apa adanya saja? Kalau ada HT yg demikian betapa tidak bertanggung jawabnya dia, pantas saja jemaat tdk pernah bertumbuh dewasa, apalagi kalau ada pdt yg tidak mengharapkan jemaatnya membaca Alkitab sebaiknya berhenti saja mengajar."
Membeli buku secara rutin bisa menjadi kebiasaan yang mendalam, menyalakan antusiasme dalam pencarian pengetahuan dan pemahaman.
Buku tidak hanya menawarkan informasi, tetapi juga membuka jendela menuju berbagai dunia, ide, dan perspektif atau sudut pandang.
Setiap buku yang dibeli dapat menjadi teman perjalanan yang membawa kita melintasi batas-batas budaya, sejarah, dan imajinasi.
Dengan membeli buku, kita tidak hanya menambah koleksi, tetapi juga memperkaya pikiran dan jiwa, memperluas wawasan, serta mendorong kita untuk terus belajar dan berkembang.
Kebiasaan ini bisa menjadi investasi berharga dalam perjalanan intelektual dan emosional kita. Ketika kita membeli dan membaca buku yang merupakan investasi terbaik yang bisa kita lakukan, terutama bagi kita yang memiliki tanggung jawab mengajar, seperti pendeta atau pemimpin jemaat.
Membaca buku bukan hanya soal menambah koleksi di rak, tetapi juga memperkaya diri dengan pengetahuan yang akan dibagikan kepada orang lain.
Membeli buku, baik dalam jumlah banyak bukan sekadar untuk dibaca dalam satu waktu, melainkan sebagai sumber daya yang bisa diakses kapan saja diperlukan.
Setiap buku menawarkan wawasan dan perspektif yang berbeda, dan dari situlah seorang pengajar bisa menyusun bahan khotbah atau pengajaran yang berkualitas.
Mengajar jemaat tidak bisa dilakukan dengan pengetahuan seadanya. Apalagi, pengajaran yang diberikan kepada jemaat Tuhan adalah sesuatu yang memiliki dampak jangka panjang pada pertumbuhan rohani mereka.