Menarik bagi penulis untuk membuat sebuah tulisan dari kisah Helen Keller, untuk mengajarkan selalu bersyukur dan menghargai apa yang kita miliki.
Helen Keller. Helen Adams Keller (27 Juni 1880 --1 Juni 1968) adalah seorang penulis, aktivis politik dan dosen Amerika. Ia menjadi pemenang dari Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan kisah hidupnya meraih 2 piala Oscar (id.wikipedia.org).
Saat lahir, Helen Keller bisa melihat dan mendengar, tetapi dia terjangkit penyakit ketika dia berusia 19 bulan, dan itu membuatnya tuli dan buta akibat penyakit yang diyakini sebagai meningitis atau demam berdarah.
Keluarga Helen menghubungi Perkins School for the Blind, dan direkturnya meminta mantan siswa tunanetra di sekolah tersebut, Anne Sullivan, untuk menjadi instruktur Helen. Pada tahun 1887, Sullivan mulai mengajari Helen cara mengeja dengan tangannya.
Atas bantuan Anne Sullivan, Helen mulai belajar cara berkomunikasi melalui metode isyarat tangan. Helen diajar membaca lewat fingerspelling sampai mengerti apa maksudnya. Menurut penulis, proses pembelajaran ini tidaklah mudah.
Mari belajar untuk selalu bersyukur atas apa yang kita miliki, merupakan pelajaran berharga yang sering kali terlupakan di tengah hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.
Rasa syukur mengajarkan kita untuk menghargai hal-hal kecil, apalagi hal-hal besar yang kita miliki, dan hal ini bisa memberikan dampak positif dalam hidup kita.
Helen Keller menjadi seorang penulis, dosen, dan aktivis yang dihormati. Dia menulis berbagai buku dan artikel, serta membagikan pengalaman hidupnya.
Helen Keller adalah contoh nyata bagaimana seseorang bisa bangkit dari keterbatasan dan mencapai hal-hal besar dalam hidupnya.
Helen Keller, di tengah keterbatasannya, ia tidak menyerah pada nasib. Ia berjuang untuk mengatasi tantangan yang dihadapinya dan mencapai hal-hal yang luar biasa.