Sembari makan malam, penulis sambil berbincang-bincang dengan keponakan yang tinggal di rumah, penulis mengatakan bahwa: "betapa pentingnya pendidikan, terutama pendidikan karakter."
Penulis mengungkapkan bahwa kalian harus mendapatkan didikan, terutama pendidikan karakter untuk mempersiapkan masa depan kalian yang akan penuh dengan tantangan.
Mengapa harus dididik oleh kami (penulis dan istri). Karena kami mengasihi, sambil membandingkan bagaimana Tuhan akan menghajar orang yang dikasihi-Nya yang diambil dari kitab Ibrani 12:5-6.
Penulis mengungkapkan betapa sakitnya sebuah didikan dengan mengingatkannya tentang sebuah pepatah lama yang berbunyi, "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian,"
Penulis menjabarkan kandungan nilai-nilai yang sangat mendalam tentang proses pendidikan dan pembentukan karakter.
Dalam konteks didikan, pepatah ini menggambarkan pentingnya perjuangan dan kesabaran dalam mencapai keberhasilan.
Mendidik seseorang tidaklah mudah. Proses ini seringkali membutuhkan usaha keras, disiplin, dan pengorbanan. Seperti berakit-rakit ke hulu, perjalanan pendidikan penuh tantangan dan rintangan yang harus dilalui dengan tekun. Sebagai pendidik, penulis harus memahami bahwa setiap langkah dalam mendidik adalah investasi jangka panjang bagi masa depan mereka.
Setelah melalui berbagai kesulitan dan tantangan, tiba saatnya akan menikmati hasil dari kerja keras tersebut. "Berenang-renang ke tepian" menggambarkan fase di mana yang dididik mulai merasakan buah manis dari perjuangannya tersebut. Mereka berhasil menggapai cita-citanya, menjadi pribadi yang mandiri, berkarakter, dan sukses dalam kehidupannya nanti.
Sebagai pendidik kita pasti akan menginginkan yang terbaik bagi mereka yang telah kita didik. Agar mereka memahami, bahwa untuk mencapai kesuksesan dibutuhkan pengorbanan dan kerja keras. Didikan yang tegas namun penuh kasih sayang yang mereka terima adalah cara untuk mempersiapkan mereka menghadapi dunia yang penuh tantangan. Dengan menghadapi kesulitan sejak dini, mereka belajar untuk tidak mudah menyerah dan memiliki mental baja.
Ketika mereka yang kita didik mencapai kesuksesan, kebahagiaan tersebut tidak hanya dirasakan oleh mereka sendiri nantinya, tetapi juga oleh kita yang telah mencurahkan waktu, tenaga, dan kasih sayang dalam mendidik mereka. Kebahagiaan ini adalah puncak dari proses pendidikan yang panjang dan penuh liku. Melihat mereka berhasil, kita sebagai orang tua yang telah mendidik mereka akan merasa bangga dan terharu karena segala usaha dan pengorbanan mereka tidak sia-sia.
Dan pada akhirnya, inti dari proses mendidik adalah dimulai dari kasih sayang, yang utama dan terutama, seperti Tuhan menghajar oleh karena kasih sayang-Nya (bdk. Ibr. 12:5-6). Pendidik yang baik mendidik bukan hanya untuk melihat anak yang dididiknya menjadi orang sukses, tetapi karena mereka peduli dan ingin yang terbaik bagi mereka yang dididik tersebut. Kasih sayang inilah yang menjadi landasan utama dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil. Dengan kasih sayang, sebagai pendidik kita akan membimbing, mengarahkan, dan mendukung anak didik kita dalam setiap langkah perjalanannya.
Dengan demikian, pepatah "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian" menggambarkan perjalanan panjang dan penuh tantangan dalam proses pendidikan. Dengan usaha keras, disiplin, dan kasih sayang, pendidik membantu membentuk karakter mereka yang kita didik untuk mencapai kesuksesan. Pada akhirnya, kebahagiaan dan keberhasilan yang diraih adalah hasil dari kerja keras bersama, membuktikan bahwa proses didikan yang baik dan penuh kasih sayang semoga akan selalu membawa hasil yang manis.