Menikmati perjalan sore hari di sepanjang muara sungai Sekadau yang akan mengalir ke sungai Kapuas di bulan ramadan ini, kita akan melihat meriam karbit di beberapa tempat di tepian sungai Sekadau, Kampung Tebal, Desa Mungguk.
Di setiap tahunnya, menjelang bulan Ramadan, ada beberapa lokasi akan membuat stand tersendiri untuk permainan meriam karbit tersebut, yang mana terdiri dari 3 atau 5 buah meriam karbit, bahkan lebih dalam satu stand.
Meriam karbit tersebut akan dimaikan pada saat malam takbiran, dan moncongnya akan di arahkan ke arah sungai Sekadau. Demikian sebaliknya bagi warga yang berada di seberang sungai Sekadau, kampung Tanjung.
Meriam karbit bisa dibuat menggunakan ruas-ruas bambu dengan panjang 1 atau 2 meter, bisa juga menggunakan batang pohon dengan panjang 6 atau 7 meter, dengan diameternya bisa mencapai 50-70 cm.
Dulunya, bagi warga Tanjung (seberang sungai Sekadau), mereka menggunakan drum besi, dengan jumlah sambungan 10 sampai 12 sambungan, drum-drum tersebut mereka tanam dalam tanah.
Menyambut sukacita pada saat malam takbiran, warga akan berbondong-bondong untuk menyaksikan permainan meriam karbit tersebut dengan suara yang menggelegar.
Permainan ini dinamakan meriam karbit karena menghasilkan suara yang sangat keras sehingga memekakan telinga, meriam ini menggunakan bahan karbit.
Penulis berharap, kegiatan ini menjadi perhatian pemerintah yang berperan untuk melestarikan budaya permainan meriam karbit ini, yang akan menjadi salah satu destinasi wisata di wilayah Kab. Sekadau, khususnya Kec. Sekadau Hilir. Sehingga ikut menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H