Mohon tunggu...
Asyam Jagad Agung Santoso
Asyam Jagad Agung Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bisnis, Ekonomi, Otomotif, Transportasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Budidaya Bioflok Udang Vaname Lebih Menguntungkan? Bagaimana Bisa?

8 Juni 2023   12:00 Diperbarui: 8 Juni 2023   14:46 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Varietas udang vaname merupakan salah satu komoditas tambak yang paling besar minatnya di masyarakat Indonesia. Tak heran, berbagai cara dilakukan agar bisa mengembangbiakkan udang ini agar bisa memiliki nilai jual yang tinggi namun tetap dengan biaya yang rendah. 

Alih-alih menggunakan metode tambak udang secara tradisional dan konvensional, yakni dengan menggunakan kolam galian, sudah banyak petambak yang beralih menggunakan sistem bioflok. Bioflok sendiri di cap sebagai salah satu sistem yang efisien secara biaya. Yang menarik juga dari sistem bioflok ini adalah rendahnya tingkat limbah yang dihasilkan daripada tambak konvensional. Lantas, bagaimana bisa hal ini terjadi?

Yang perlu diketahui, sistem bioflok sendiri dibangun tanpa menggali tanah terlebih dahulu. Media yang digunakan adalah kolam terpal diatas tanah, dimana ketinggian paling rendahnya adalah 1,2 meter dengan bentuk melingkar. 

Dari sini sendiri, bisa dikatakan bahwa biaya awal untuk melakukan investasi bisa dikatakan lebih rendah, mengingat tidak diperlukannya lahan yang luas untuk pembuatan tambak seperti pada umumnya. Apabila memiliki lahan baru yang masih berupa tanah padat, tidak diperlukan penggalian tanah yang mana biayanya tinggi. Selain itu, tambak pun dapat dilakukan dimana saja, tanpa harus berada pada dekat laut.

Adanya proses nitrifikasi pada budidaya ini, dimana system ini dibantu oleh mikroorganisme berupa bakteri. Bakteri tersebut diubah menjadi bakteri baik pemakan nitrogen dari feses udang, yang mana nantinya dapat menghasilkan flok-flok untuk pakan dari udang itu sendiri. 

Apabila flok-flok ini nantinya sudah terbentuk, maka pembudidaya bisa mengurangi takaran pakannya. Pengurangan biaya pakan dari adanya flok-flok yang terbentuk bisa mengurangi biaya hingga menyentuh angka 20 sampai 30%. 

Dari aktivitas ini, air dari tambak inipun juga bisa kembali digunakan untuk kegiatan budidaya. Sehingga, dapat dipastikan bahwa sistem bioflok sendiri memiliki angka pencemaran limbah yang jauh lebih rendah daripada tambak konvensional.

Penggunaan sistem bioflok ini juga akan mengurangi tingkat kematian udang akibat penyakit, serta mempercepat laju pertumbuhan dari udang itu sendiri. Pada masa panen, hal ini tentunya akan memberikan keuntungan bagi para pembudidaya mengingat hasil yang diberikan dari tambak ini tidak hanya lebih banyak, akan tetapi juga memberikan hasil budidaya udang yang jauh lebih berkualitas daripada tambak konvensional.

Nah, dengan adanya sistem bioflok ini, tentunya diperlukan dukungan manajemen, mulai dari pencatatan keuangan hingga pemantauan aktivitas dari para pekerja. Untuk itu, saya merekomendasikan anda, SIRIV. SIRIV adalah software yang akan membantu anda untuk mengatur dan memantau aktivitas dari kegiatan tambak hanya dari genggaman tangan. Cocok untuk anda yang memiliki tambak milenial yang menggunakan sistem bioflok ini.

Yuk, tunggu tanggal launching dari SIRIV dan biarkan kami membantu meringankan anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun