Gunung menjulang tinggi dan megah, puncak-puncaknya menembus langit. Eko, seorang pendaki tangguh, merasakan gelegak petualangan melintas di dalam dirinya saat ia memulai pendakiannya. Namun, di antara keindahan alam yang kasar, ia dihadapkan pada tantangan tak terduga - panggilan alam itu sendiri.
Jauh dari fasilitas yang nyaman, Eko menemukan dirinya dalam situasi yang putus asa. Kandung kemihnya memprotes dengan keras, menuntut pembebasan. Tanpa tempat yang sesuai di dekatnya, dia melihat sebuah pohon raksasa, kuno dan bengkok, akarnya seperti jari-jari berliku yang merangkum bumi. Dikuasai oleh kebingungan, Eko bergegas menuju ke arahnya, mencari perlindungan di balik batangnya yang besar.Â
Leganya tapi gelisah, Eko melanjutkan pendakian, tidak menyadari bayangan yang bergerak dan bisikan yang mengikuti langkahnya. Pohon kuno, tersinggung oleh tindakannya, mulai bangun dari tidurnya, cabang-cabangnya berputar dan bergerak seperti ular. Dari dalamnya, muncul roh jahat, matanya terbakar oleh kemarahan atas ketidakpatuhan yang ditunjukkan pada wilayahnya.Â
Sejak saat itu, hidup Eko menjadi mimpi buruk. Roh itu menghantui setiap langkahnya, kehadirannya adalah beban yang mencekik jiwa. Mimpi berubah menjadi mimpi buruk, dan jam-jam terjaga dipenuhi dengan visi kemarahan dan keputusasaan. Gunung yang sekali menyenangkan sekarang terasa seperti penjara, puncak-puncaknya mengejeknya dengan ketinggian yang tak terjangkau.Â
Putus asa untuk mendapatkan istirahat, Eko mencari nasihat seorang dukun bijak, ilmu kuno yang memegang kunci keselamatannya. Melalui ritual dan mantra, dukun itu mengungkapkan kebenaran - Eko telah menarik kemarahan setan pohon kuno, kemarahannya dilepaskan oleh tindakannya yang sembrono.Â
Dengan pengertian dan tekad baru, Eko kembali ke gunung, bertekad untuk memperbaiki kesalahannya. Dengan tawaran penghormatan dan penyesalan, ia melakukan upacara suci, memohon roh untuk pengampunan. Saat matahari terbenam di balik cakrawala, kedamaian menyelimuti gunung, kemarahan setan akhirnya mereda oleh tobat tulus Eko.Â
Pengalaman itu meninggalkan bekas yang tak terhapus di dalam jiwa Eko, sebuah pengingat akan kekuatan dan kemegahan dunia alam. Mulai hari itu, ia menjadi penjaga hutan, bersumpah untuk menjaga keindahannya dan menghormati penduduk kuno di dalamnya. Dan saat ia memandang gunung, bukan lagi dihantui tetapi tunduk, ia tahu bahwa penebusan bukan hanya perjalanan, tetapi juga tujuan.Â
But this is not about horror storyÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H