Mohon tunggu...
Aswin Winata
Aswin Winata Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ayo Lestarikan Musik Daerah

22 Mei 2016   14:38 Diperbarui: 22 Mei 2016   14:43 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Nama saya Aswin Winata Putra. Saya lahir di Kota Samarinda pada tanggal 4 Februari 1995. Sekarang umur saya 21 tahun dan merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Hamdi dan Ibu Adji Mahdalena. Sejak dulu saya memang selalu didukung oleh orang tua untuk melakukan hal-hal positif dan bermanfaat bagi saya. Salah satunya adalah bermain alat musik. Tidak dipungkiri sejak kecil saya tertarik untuk memainkan berbagai alat musik. Musik sendiri bagi saya memberi saya kesenangan dan ketenangan oleh karena itu saya banyak mempelajari berbagai alat musik.

Jaman moderen seperti alat musik daerah sudah sangat jarang ditemukan. Di daerah saya sendiri juga seperti itu. Banyak anak muda yang lebih tertarik dengan musik band. Memang mungkin alasannya klise yaitu tidak keren atau ketinggalan jaman. Yah seperti itulah pemikiran anak muda jaman sekarang. Era globalisasi teknologi menjadi patokan agar terlihat gaul atau istilah kerennya “kekinian”. Musik moderen pun terbagi lagi menjadi musik band yang masih ada sampai sekarang dan musik yang lebih baru seperti EDM (Electronic Dance Music).Musik-musik tersebut tidak lepas dari pengaruh dunia barat yang merupakan kiblat dari dua jenis musik tersebut. Oleh karena itu ketertinggalan jaman musik tradisional tidak dapat dipungkiri lagi. Kurangnya ketertarikan generasi muda untuk belajar dan juga kurangnya publikasi membuat musik tradisional makin menghilang.

Untuk itu dari hal terkecil mulai dari diri saya sendiri mewakili generasi muda yang mungkin tersisa sedikit untuk mempelajari musik daerah saya mulai untuk melestarikannya. Saya sendiri belajar untuk memaninkan alat musik daerah dimulai pada saat saya duduk dibangku sekolah dasar. Berbagai alat musik yang saya pelajari adalah sampeq, gambus, klentangan, jatung utang dan alat musik tradisionak kalimantan yang lainnya.

Alat musik daerah yang pertama kali saya mainkan ada sampeq yang merupakan alat musik tradisional Suku Dayak. Kebetulan juga ayah saya berasal dari etnik dayak. Musik dayak sendiri identik dengan daerah saya. Kebanyakan yang menyukai lantunan musik dayak sendiri adalah para orang tua dan untuk anak muda sendiri mungkin hanya biasa saja pada saat mendengarnya karen mungkin baginya semua saja. Musik dayak biar bagaimana tetap seperti itu saja. Mungkin itu yang mereka pikirkan. Tetapi bagi saya musik dayak banyak bedanya. Mulai dari nada baik itu minor maupun mayor maupun scale(jalur nada) yang digunakan. Kebanyakan sampeq dayak menggunakan scalepentatonik mayor. Pentatonik mayor sendiri banyak ditemukan di alat musik yang berasal dari dataran China. Mungkin kesamaan itu terbentuk karena leluhur Suku Dayak sendiri bersal dari dataran China pada dulunya. Untuk senar sampeq yang asli hanya menggunakan tiga senar (dawai) tetapi sekarang sudah muncul sampeq kontemporer yang memiliki enam senar agar menimbulkan nada yang lebih banyak pula.

Alat musik daerah kedua yang saya pernah pelajari adalah gambus. Gambus sendiri bersal dari Suku Kutai. Ibu saya juga kebetulan dari Suku Kutai yang berasal dari Kota Tenggarong. Gambus sendiri mirip seperti alat msuik ganun yang berasal dari Arab. Mungkin alat musik gambus sendiri merupakan perpaduan alat musik arab dan daerah lokal di sekitaran kerajaan kutai pada jaman dahulu kala. Kebanyakan lantunan nada dan lagu dari gambus sendiri mengambil jenis musik pesisir yang merupakan pengaruh musik dari arab. Nada yang ditimbulkan sendiri memang seperti musik arab yang kita sering dengar atau di Indonesia lebih dikenal dengan musik melayu. Nada yang dimainkan di gambus juga lebih banyak dari sampeq sehingga gambus bisa memainkan semua jenis lagu dengan berbagi nada.

Banyak pencapaian yang saya telah dapat dalam meamainkan alat msuik tradisonal ini. Saya sendiri sampai sekarang masih memainkannya. Bagi saya untuk terlihat keren tidak dilihat dari apa yang diakukan sekarang tetapi dilihat dari hasilnya nanti. Saya sendiri sering mewakili daerah saya untuk menampilkan alat musik tradisonal seperti di Jakarta, Yogjakarta dan Kupang. Pencapaian saya yang terjauh dalam mengenalkan musik daerah saya pernah dikirim ke Belgia, Belanda, dan Prancis untuk mengenalkan alat musik daerah saya sendiri. Mungkin musik daerah terlihat leih tertinggal dari msuik modern di jaman sekarang tetapi jika kita mengembangkannya tentu saja musik itu akan tetap ada selamanya.  Jadi ayo anak muda, lestarikan musik daerah kalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun