Kaemaren, sempat melakukan pelesiran budaya diruang Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Dan sempat pula menyusuri jejak kaki di selasar Pusat Dokumentasi Sastra HB Yassin. Tampak diruang itu, menggeliat kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Sebelumnya, ruang selasar itu, terlihat senyap dan sepi dari transasksi sosial, terkecuali didalam ruang pameran gallery dan perpustakaan PDS HB Yassin.Â
Kini, pengunjung perpustakaan HB Yassin, dapat menikmati sejumlah kuliner yang disesuaikan dengan selera dan uang saku dicelana, dan tak lupa pula dapat memilih buku bacaan dan membelinya disepanjang-selasar PDS Â HB Yassin. Ringkasnya, ruang selasar telah mengalami perubahan yang lumayan sangat significan, menyesuaikan dengan keadaan dan zaman.Â
MENGHANCURKAN ZAMAN
Fenomena perubahan zaman adalah suatu hukum alam. Karena dengan terjadinya perubahan, mama hidup pun dapat disesuaikan. Kontekstual. Bukankah struktur pada tubuh kita mengalami perubahan yang menyesuaikan : Mulai dari bayi hingga menjadi dewasa dan orangtua. Perubahan adalah juga membawa pembaharuan dalam hidup kesemestaan. Kita dapat menyaksikan fenomena itu, pada tetumbuhan, daun daun yang telah menguning dan tua akan punah jatuh ketanah untuk memberikan kesempatan pada daun daun muda untuk perbaikan pada pohon, sehingga lebih menguat menyesuaikan dengan hukum alam.Â
Namun demikian, ada fenomena yang lumayan sangat absurd, ketika kita menyaksikan fenomena perubahan itu terjadi pada kehidupan sosial, politik, ekonomi, hukum, dan seterusnya. Sebahagian dari kita merasa alergi, phobia, atau takut dengan fenomena perubahan tersebut, lantaran akan dapat menghancurkan struktur bangunan sosial yang sudah ada. Fenomena ketakutan akan perubahan itu, secara umum telah menggelayuti para pemegang kekuasaan status quo didunia, tak terkecuali penguasa di Indonesia. Mereka khawatir dan takut, jika kekuatan sosial-ekonomi yang telah dibangunnya bertahun dan menghasilkan kelimpahan kekayaan, akan (sangat) melemah dan berkurang, ketika terjadi perubahan kekuasaan lama pada kekuasaan baru. Suksesi kepemimpinan.Â
Kanjeng Rasulullah, pernah mengingatkan kepada ummatnya, "bahwa barang siapa yang hari ini sama saja dengan hari kemaren, maka mereka adalah orang orang yang tertipu. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemaren, maka mereka adalah orang orang yang terkutuk. Dan barang siapa yang hari ini adalah lebih baik dari kemaren, maka mereka adalah orang orang yang beruntung". Dengan kata lain, perubahan untuk perbaikan masa depan adalah suatu hal yang harus diupayakan. Bagaimana akan lahir suatu kebaikan, jika tidak diikuti dengan adanya semangat perubahan. Perubahan adalah kunci kehidupan ummat manusia untuk melakukan perbaikan hidup dan kehidupan didalamnya.Â
Tagline politik kebangsaan "Perubahan Dan Perbaikan" yang ditawarkan oleh (bakal) calon presiden Anies Baswedan dan Koalisi partai politik (Nasdem, PKS, dan Demokrat) pada rakyat Indonesia pada pemilihan umum presiden dan wakil presiden 2024-2029, dimaknai berbeda oleh politik dan kekuasaan status quo. Mereka menganggap, bahwa tagline itu sebagai antitesa kekuasaan status quo. Bahkan salah satu (bakal) calon presiden yang didukung oleh kekuasaan-berkuasa secara ekplisit mengatakan : "Untuk apa melakukan perubahan. Sebaiknya melakukan pemberlajutan atas apa yang sudah dilakukan oleh penguasa-status quo".Â
Fenomena politik perubahan, ternyata tidak melulu berjalan sesuai dengan hukum alam (bukan manusia). Fenomena politik perubahan adalah suatu hal yang diharamkan dalam politik dan kekuasaan. Fenomena itu, telah berlansung dalam sejarah kehidupan ummat manusia. Exampleir : Antara penguasa Fir'aun (status quo) dengan Nabi Ibrahim (pemimpin baru Bani Israel).Â
Apakah fenomena itu juga menggelayuti Jokowi, sebagai presiden dan orang orang dekat disekitarnya, oligarki ? Entahlah! Biar publik yang menilai dan menentukan masa depannya. Masa depan dalam berbangsa dan bernegara. Bukankah Undang undang Dasar 1945, telah menjamin warga negaranya untuk mengungkapkan pikirannya, termasuk pikiranya tentang "PERUBAHAN".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H