Mohon tunggu...
Aswin
Aswin Mohon Tunggu... Lainnya - Setiap waktu adalah kata

Berusaha menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kejahatan dan Pilkada Menyergap Pekerja PPSU di Jakarta

30 September 2022   14:29 Diperbarui: 30 September 2022   14:44 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Pixabay.com/ilustrasi

Jika pengen melihat dan merasakan suasana Jakarta yang lumayan sangat intim, maka berolah raga pagi adalah suatu alternatif pilihannya. Sebagaimana biasanya, selepas shalat subuh berjama'ah di Masjid, saya dan beberapa jama'ah tidak langsung kerumah, melainkan berjalan pagi Sepajang jalan wilayah tempat tinggal. Dan jika telah berkeringat dan merasa lelah, kami sempatkan mampir sejenak  ke warung kopi, sekedar beristirahat dan menikmati bubur kacang, dan roti atau kopi, melanjutkan obrolan sepanjang jalan yang sempat terhenti.. Obrolan seputar realitas agama dalam kehidupan masyarakat ditengan serbuan pola hidup konsumeris, hedonis dan seterusnya. Dan terkadang obrolan itu, menyentuh ruang ruang yang lumayan sangat sensitif dan intim dirasakan, yakni persoalan kekuasaan dan perselingkuhannya.

Berjalan pagi itu dapat memberikan suatu pencerahan bagi jiwa dan  pikiran. Suasana pagi tidak akan diketemukan pada suasana siang hari, sore hari, dan malam hari, termasuk penampilan perempuan perempuan muda dan dewasa. Perempuan perempuan itu lebih terlihat alami dan asri. Lumayan sangat berbeda jika kita melihat perempuan perempuan itu pada siang hari atau sore hari dan malam hari, seperti rambutnya yang belum tersisir, menggunakan daster kusam, dan sobek, serta (terkadang) air liur (iler) yang mengering diatas bibir dan bagian wajahnya. Dan pagi juga identik dengan fajar kehidupan alam.

TERKESIMA DIJALAN

Setiap melakukan olah raga pagi dengan berjalan kaki, kedua fiksasi bola mata selalu saja menangkap jelas para pekerja Penanganan Prasarana dan Sarana Umum Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Dan mereka lebih akrab disapa dengan panggilan 'Pasukan Oranye". Mereka perkerja PPSU itu dilahirkan dari rahim peraturan Gubernur DKI Jakarta, nomor 7 tahun 2017. Peraturan tersebut menjelaskan secara eksplisit, bahwa PPSU adalah pekerjaan yang perlu segera dilakukan dan tidak dapat ditunda karena dapat mengakibatkan kerugian, bahaya, dan mengganggu kepentingan publik/masyarakat di wilayah setempat, khususnya Kelurahan. 

Dan sebagaimana diketahui, perkerja PPSU itu berbasis teknologi smartphone. Mereka akan dinilai baik atau buruknya suatu perkerjaan melalui komunikasi dan informasi teknologi genggam tersebut. Biasanya para perkerja itu selalu mengambil gambar gambar lokasi kerjanya dengan smartphone kemudian mengirimkan keatasannya. Tidak hanya sebatas gambar, namun juga setingan lokasi dan jam kerja tergambar didalamnya.

Perkerjaan mereka terkait dengan kepentingan prasarana dan sarana publik, seperti pembersihan sampah, penanganan selokan yang mampet, dan seterusnya. Sehingga tidak mengherankan jika ditunda pengerjaannya akan berdampak sangat berbahaya bagi kenyamanan publik. Misalnya: Persoalan mampetnya selokan jika dibiarkan akan membuat volume air akan keluar kepermukaan jalan dan juga rumah warga masyarakat, mengakibatkan aroma yang tak sedap menyengat hidung. Bahkan akan membawa konsekwensi terhadap kesehatan, seperti penyakit demam berdarah 

Dan kemaren pagi, salah seorang petugas PPSU mengalami kesialan dalam menjalankan pekerjaannya. Saat hendak mengambil gambar lokasi kerjaan dan hasil kerjaannya, smartphonenya disambar jambret berkendaraan. Ia pun sempat kaget dan diam. Terkesima. Suasana yang lumayan sepi awalnya itu pun seketika berubah menjadi ramai. Mengundang keprihatian dan empati warga setempat.

Memanglah, lumayan rentan akan lahirnya suatu kejahatan terhadap perkerja PPSU yang bertugas di pagi hari. Apalagi mendapatkan tugasnya dijalan raya. Jalan raya yang sempat lalu lalang dengan volume kendaraan yang lumayan sangat signifikan itu, volumenya berkurang ketika dipagi hari. Suasana jalan sepi dan kendaraan pun dapat melenggang leluasa untuk mengendarainya, termasuk memacu kecepatannya. Dan suasana jalan yang lumayan sepi itu pula (terkadang) menjadi kesempatan bagi pelaku pelaku criminal menjalankan tugasnya, termasuk untuk menjambret smartphone perkerja PPSU. 

Dan paling menarik ialah ketika menjelang dan memasuki pilkada DKI Jakarta, para perkerja PPSU akan dijadikan mesin penghasil suara. Suara perkerja PPSU itu lumayan sangat signifikan untuk dapat mendulang suara dan memenangkan pemilihan kepala daerah provinsi DKI Jakarta. 

Suara seorang perkerja PPSU itu bisa membawa 2, 3, 4 bahkan lebih. Karena perkerja PPSU itu sebahagian besar adalah sudah berkeluarga dan memiliki keturunan. Bisa dibayangkan besarnya jumlah suara dari setiap perkerjaan PPSU di Jakarta. Bisa mencapai ratusan, ribuan, puluhan ribu, dan bahkan hingga ratusan ribu. Benar benar suara yang sangat potensial dan juga signifikan untuk dapat bersaing memenangkan pemilihan Gubernur dan wakil gubernur DKI, dengan anggarannya pun yang lumayan sangat besar dan signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun