MAHAR POLITIK
Serupa halnya pernikahan pasangan laki laki dan perempuan dalam mewujudkan mahligai rumah tangganya, maka mereka akan membuat sejumlah rencana dalam kehidupannya kedepan. Misalnya, memiliki jumlah keturunan, memiliki rumah, memiliki kendaraan, dan seterusnya. Demikian pula halnya, dengan pernikahan politik.Â
Dalam dunia politik praktis itu, angka angkanya bisa terlihat vulgar, dan juga sebaliknya, tersembunyi dan tertutup. Apalagi jika meluas kepada bahasa politik prakmatis: "Tak ada kawan dan lawan yang sejati. Yang ada adalah kepentingan abadi". Pola berpikir dan bersikap prakmatis itu, amat sangat berbahaya jika dibiarkan menjadi fatsoen politik nasional. Apalagi jika kepentingan itu dibingkai dalam nuansa materialisme. Maka arah demokrasi ideal Pancasila akan di konversi menjadi kuantitas materi, rupiah. Money politik pun tak dapat dihindari sebagai mahar pernikahan politik : Ada uang, maka akan ada pernikahan. Dan jika tidak ada uang, maka tidak akan ada pernikahan (dukungan dan suara politik). "Tak ada Tuhan dalam kehidupan. Hanya uang yang ada dalam kehidupan. Dan hanya uang yang mampu memberikan kehidupan pada kita manusia, manusia Indonesia, " demikian nyanyian kebangsaan didendangkan secara implisit.
Lalu bagaimana dengan nasib Partai Ummat dalam pergulatannya diruang politik praktis ditanah air, yang diketahui terbuka bebas, mampu menggilas dan memangsanya secara ganas. Partai Ummat akan berhadapan dengan partai partai politik yang sudah mapan dan teruji mesin dan infrastruktur partai politiknya hingga kebawah ( grassroot). Belum lagi berhadapan dengan partai partai politik koalisi pemerintah yang sudah jelas mampu menghimpun dana yang sangat besar hasil menduduki jabatan menteri dan komisaris di BUMN. Mereka jauh lebih siap untuk melakukan peperangan dan juga pertempuran pada pemilu 2024.
Lagi lagi berbicara angka. Angka Kramat. Bermula dari angka, dan segalanya pun akan kembali menjadi angka, angka politik dan kekuasaan. Gejala demokrasi menunjukkan pada angka angka statistika, mati, kosong dan tanpa makna. Dan menyikapi gejala gejala dalam demokrasi yang menjurus pada angka angka statistika tersebut, sang lokomotif reformasi, Amin Rais pun berbicara secara kontekstual. Amin Rais, berusaha menjabarkan fenomena politik dan demokrasi itu kedalam bentuk suatu partai, Partai Ummat. Kehadiran Partai Ummat diharapkan mampu memberikan peran dalam ruang dialektika politik dan kekuasaan ditanah air.
Pendekatan dengan menggunakan pola angka pun dilakukan oleh seorang Amin Rais. Pada tanggal 17 Ramadhan 1442 Hijriyah, atau bertepatan dengan tanggal 29 April 2021, Doktor politik lulusan Universitas Chicago, Amerika serikat itu, Â mendeklarasikan Partai Ummat. Dan deklarasi Partai Ummat itu pun sekaligus menjawab keraguan dari kekuatan angka partai politik yang sebelumnya juga sempat di deklarasikan, Partai Amanat Nasional.
Bukanlah seorang Amin Rais, jika tak mengerahui anatomi politik nasional, termasuk mengelola percikan kecil yang sempat memantik keruang publik itu menjadi suatu rahmat. Konsolidasi ke pelbagai daerah pun dilakukan, dan disesuaikan dengan kemampuan wilayah, daerah dan cabang masing-masing diseluruh Indonesia dalam menyikapi perkembangan sosio-politik nasional dan global.
Globalisasi dengan teknologi komunikasi dan informasi, akan menjadi ruang kampanye politiknya (Partai Ummat). Apalagi Ketua umum DPP Partai Ummat adalah seorang ahli IT, lulusan dari Universitas di Netherland, Belanda. Kampanye sosial media dan digital (nampaknya) menjadi skala prioritas program kerja  nasional DPP Partai Ummat. Dan hal itu terungkap dengan jelas, saat pertemuan daring dengan seluruh pengurus DPW, DPD, dan DPC di Indonesia.
Program kampanye Partai Ummat melalu cyber media sosial dan digital itu mendapatkan tanggapan positif dan hangat dari para Pengurus di DPW, DPD, dan DPC diseluruh Indonesia. Bahkan ada salah satu Pengurus DPW di Lampung, Sumatera, telah membuat program podcast, yang melibatkan warga masyarakat setempat dan para ahli. Bahkan ada yang sangat menarik dan unik diperlihatkan oleh Pengurus DPC Partai Ummat, Kecamatan Kemayoran, yang sudah lebih dulu membuat blog media sosial sebelum surat legalitas Partai Ummat keluar dari lembaga pemerintah, Menkumham. Dan blog media itu diberi nama ummatkemayoran.blogspot.com.
Dunia digital adalah dunia angka. Dan dalam untaian kata penutup deklarasi partai Ummat, Amin Rais, pun mengucapkan bilangan angka angka sakral (Kramat), sebagai daya pikat: " Kami abdikan seluruh shalat kami, seluruh ibadah kami, kehidupan kami. Kami persembahkan hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H