Mohon tunggu...
aswardi kerinci
aswardi kerinci Mohon Tunggu... Wiraswasta - rakyat biasa

Jurnalisme

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Kerinci" Sekepal Tanah Surga yang Kini Bermusibah

7 Mei 2016   22:44 Diperbarui: 7 Mei 2016   23:05 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kabupaten Kerinci yang terletak dibagian Barat Provinsi Jambi, dulunya dikenal dengan Kota 'SAKTI' (sejuk, Aman, Kenangan, Tertib dan Indah). Kini, daerah yang memiliki gunung merapi tertinggi di Sumatera dan menjadi Brand Pariwisata Provinsi Jambi, seakan sedang diamuk bencana alam yang sulit dipredikasi kapan kesudahannya.

Dataran tinggi yang memiliki icon wisata yang salah satunya hamparan padang teh terluas di Dunia, saat ini sedang dihadapkan dengan berbagai bencana alam. Tidak hanya banjir yang merusak jalan dan merendam dan menghanyutkan rumah warga, tidak juga hanya tanah longsor yang menimbun jalan hingga memutuskan akses ke daerah tetangga. Kebakaran dan lain sebagainya, juga terjadi di negeri sekepal tanah surga yang tercampak ke bumi.

Media massa baik elektronik, cetak dan lain sebagainya, tidak lelah-lelahnya mengabarkan peristiwa di Kerinci menjadi headline. Begitu juga di media sosial. Tidak sedikit yang menyalahkan pemerintah, tidak sedikit pula yang menyalahkan manusia yang dinilai telah merusak alam, tidak sedikit pula yang menyebut azab tuhan.

Kenapa semua ini terjadi?

Pertanyaan yang gampang-gampang susah untuk dijawab. Semuanya bisa jadi penyebab. Pengrusakan alam berupa hutan oleh tangan-tangan tidak bertanggungjawab, hingga tidak adanya teguran dari pemerintah. Semua ini bisa dijadikan penyebab, juga semua ini bisa jadi bukan penyebabnya. Kini, jeritan masyarakat tertuju kepada pemerintah, mereka meminta diperhatikan.

Banjir bandang yang belum lama terjadi di Siulak, tidak hanya merusak jalan. Tapi, juga menelan korban jiwa. Dua warga Siulak Mukai yang merupakan pasangan suami istri, dilaporkan meninggal dunia terseret banjir setelah rumah mereka di kebun tenggelam. Di Kecamatan Depati Tujuh, banjir luapan Sungai Batang Merao, telah menggenang di rumah warga.

Langganan yang satu ini tidak pernah absen. Dia adalah Jembatan Kerinduan yang membentang sekitar 800 meter antara Tanah Kampung-Sungai Penuh. Jembatan yang katanya berkonstruksi cakar ayam, yang dulunya langganan banjir kini sudah tidak lagi. Sepertinya kurang panjang. Karena, diujung jembatan ini masih tetap terendam, sekalipun yang turun hanya hujan ringan.

Musibah yang datang silih berganti di Kerinci (Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh), dapat pula dijadikan sebagai peristiwa untuk introspeksi diri bagi pemerintah dan masyarakat. Siapa yang salah tidak usah dicari lagi, cukup dengan memperbaiki kesalahan itu bagi yang merasakannya. Negeri ini tidak membutuhkan perdebatan mencari siapa salah siapa benar, tapi bagaimana memperbaiki dan membenahi keadaan sekarang dimasa mendatang.

Jika boleh menyarankan, aktivitas penebang hutan secara liar, kegiatan galian C ilegal, apa salahnya dihentikan. Bersuka relalah beralih profesi bagi pengusaha penambangan dan masyarakat penebang hutan, masih banyak cara lain mencari sesuap nasi. Benahi negeri ini, mulai dari diri kita sendiri.

Salam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun