Mohon tunggu...
Aswan Saleh
Aswan Saleh Mohon Tunggu... Sales Manager -

These Too Will Pass

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kereta Cepat : Presiden Jokowi Akan Gunakan Koppignya Untuk Tetap Jalankan Proyek Ini, Persis Seperti Kenekatannya Membangun MRT

7 Februari 2016   09:50 Diperbarui: 7 Februari 2016   11:33 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Progress MRT. Dok Twitter"][/caption]

Indonesia adalah negeri demokrasi, oleh sebab itu sangatlah wajar bila banyak perbedaan pendapat disetiap kebijakan strategis yang akan dibuat.

Saat ini banyak polemik perbedaan pendapat yang timbul di Proyek Kereta Cepat atau LRT Jakarta-Bandung, PERSIS seperti yang terjadi pada saat rencana pembangunan MRT dahulu.

'Pelaku' nya orang yang sama : Jokowi! Yang pada saat memutuskan untuk mengeksekusi MRT beliau masih menjadi Gubernur DKI, yang saat ini menduduki jabatan sebagai Panglima Tertinggi negara ini.

Ya, Gubernur Jokowi pada saat itu 'NEKAT' mengeksekusi proyek MRT walaupun banyak silang pendapat yang timbul pada saat itu, tetapi dengan ke-Koppig-annya, sebentar lagi beliau bersama Ahok berhasil mewujudkan Proyek yang sudah dicanangkan sejak 26Tahun lalu! Walaupun harus mengemis dana ke pemerintah pusat pada saat itu dan harus menanggung resiko di caci maki warga Jakarta karena kemacetan yang akan timbul pada saat pengerjaan MRT.

Lalu, apa yang membuat Presiden Jokowi untuk tetap nekat menjalankan proyek LRT Jakarta-Bandung tersebut? Banyak masyarakat awam yang tidak akan mengerti jika dijelaskan secara detail teknisnya, termasuk saya. Namun secara garis besar masyarakat dapat menebak bahwa Presiden Jokowi akan kembali 'Nekat' dan akan menjalankan proyek ini. Berikut logika sederhananya, belajar dari ke'nekat'an Jokowi pada proyek MRT sebelumnya :

Dibanding proyek MRT yang harus menggunakan 'jaminan' pemerintah pusat, Proyek LRT kali ini MALAH diperebutkan oleh pihak swasta! Tidak butuh jaminan dari Pemerintah pusat. Artinya pola proyek ini adalah Business To Business. Alasan B To B ini pula yang membuat Presiden Jokowi memutuskan untuk menunjuk China sebagai pemenang proyek ini, karena Jepang tetap meminta jaminan dari pemerintah. Disamping itu, China lebih terbuka terhadap alih teknologi dibanding jepang yang terbukti pelit dalam urusan alih teknologi : Di otomotif, istilahnya para pekerja kita paling cuma diajarin ganti ban atau ganti rantai aja, gak akan diajarin sampai ke teknologinya, hehehehe.

Pemerintah hanya menjamin bahwa tidak ada yang meminta 'Jatah' ke vendor, maka secara hitungan bisnis pasti akan lebih Feasible.

Kemudian, untuk proyek LRT ini, pembebasan lahan akan relatif lebih mudah dan murah karena berbeda dengan MRT, pengerjaan Proyek LRT jauh dari keramaian kota.

Presiden Jokowi sepertinya memahami bahwa Indonesia di 'anugerahi' oleh orang-orang yang terlalu banyak omong, orang-orang yang kalo pemerintah mau bangun sesuatu yang berguna pasti gak setuju dan kelompok orang yang selalu komplain menolak karena tidak kebagian 'jatah' proyek besar. Adilnya Tuhan, Dia juga menganugerahkan Indonesia Presiden yang Tegas dan Keras Kepala jika menyangkut kepentingan rakyat.

Saya cuma membayangkan bahwa Presiden Jokowi cuma menjawab santai dalam hati, menanggapi komentar orang-orang pesimis tersebut :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun