Mohon tunggu...
Aswan Zanynu
Aswan Zanynu Mohon Tunggu... -

Aswan dan Posting-posting yang Mungkin (Tidak) Penting.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Peradaban Plastik (2)

4 Agustus 2010   01:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:19 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sudut pandang yang berbeda, plastik sebenarnya telah ada sejak jutaan tahun lalu. Plastik adalah polimer: konfigurasi molekuler sederhana dari atom-atom karbon dan hidrogen yang saling bersambung berulang-ulang membentuk rantai-rantai. Alam sebenarnya lebih dahulu memproduksi polimer. Sejenis ulat memintal serat-serat polimer yang disebut sutra. Pepohonan muncul dan mulai membuat selulosa dan lignin yang juga merupakan polimer alami. Kapas dan (getah) karet adalah polimer. Tubuh kita juga memproduksi polimer dalam wujud kolagen yang antara lain membentuk kuku jemari kita. Hal yang paling mendasar yang membedakan polimer-polimer alami tadi dengan plastik seperti yang kita kenal saat ini adalah penguraiannya menjadi partikel-partikel kecil yang bersahabat dengan alam. Seperti hidrokarbon manapun, plastik pasti mengalami pelapukan secara biologis (biodegradasi). Sayangnya itu terjadi pada laju yang begitu lambat sehingga hampir tidak memiliki konsekuensi praktis. Plastik juga dapat mengalami penguraian melalui proses fotodegradasi. Kekuatan plastik bergantung pada panjang rantai-rantai polimer mereka yang saling belit. Setelah cahaya ultraviolet (UV) memutus mereka, plastik mulai tercerai berai. Namun proses penguraian ini tidak begitu saja dengan mudah dapat terjadi. Di daratan, plastik yang terkubur di tempat dengan sedikit air, tanpa cahaya matahari atau oksigen, akan tetap utuh untuk waktu yang lama. Itu juga berlaku jika plastik tenggelam di lautan, terkubur oleh endapan-endapan. Di dasar laut tidak ada oksigen dan suhunya sangat dingin. Jika berada di permukaan laut, selain suhu air yang lebih dingin (dibandingkan daratan), belitan ganggang juga menghalangi terpaan cahaya UV. Meski demikian, ilmuwan seperti Anthony Andrady meyakini, plastik yang ada sekarang akan membutuhkan ratusan tahun untuk bisa dikonsumsi mikroba. Sebagai mana mereka memakan tumbuhan dan minyak. Sejak membanjirnya produk berbahan dasar plastik tahun Pasca Perang Dunia II tahun 1945, waktu setengah abad masih terlalu singkat bagi evolusinya. Yang pasti, tekanan dari atas dan bawah akan mengubah plastik menjadi sesuatu yang berbeda. Seperti hewan dan pepohonan yang terkubur berjuta tahun, dengan proses geologi berubah menjadi minyak dan barubara. Yang jadi pertanyaan kemudian: “Kapan?” Jawabannya: “Tentu tidak dalam bilangan puluhan tahun.”*** *Seluruh data dalam tulisan ini dikutip dari “The World without Us” karya Alan Weisman (2007).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun