Pendidikan di Indonesia dinilai memberatkan para siswanya. Terlihat dimana para siswa dituntut untuk menguasai semua mata pelajaran. Belum lagi tugas-tugas dari semua pelajaran harus segera diselesaikan. Sementara itu, pembelajaran di kelas tidak mendorong semangat belajar para siswa. Siswa pun akhirnya hanya datang ke sekolah tanpa ada dasar menuntut ilmu.
Pengamat Pendidikan, Muhammad Ramli Rahim juga menilai pendidikan di Indonesia terlalu berat.Terlihat dimana para siswa yang mengeluh karena banyaknya pelajaran yang harus dikuasai. Sedangkan, bakat dan minat semua murid tidaklah sama. Siswa sering merasa “terpaksa” untuk belajar, karena adanya standar nilai untuk dicapai dan menjadi patokan untuk naik kelas atau lulus, jadi mau tidak mau mereka harus mempelajari semua pelajaran itu.
Nilai dirasa amat penting bagi keberhasilan setiap siswa atau anak. Padahal kesuksesan tidak harus dilihat dari nilai tinggi, karena nilai tinggi di sekolah tidak selalu menjamin kesuksesan seseorang. Masalah yang kedua adalah sekolah hanya mengajarkan “Apa” bukan “Kenapa”. Semua siswa dipaksa untuk mempelajari hal yang sama dengan semua orang. Kapan mereka harus belajar juga diatur dan siswa harus mencapai standar/pencapaian yang sama. Sedangkan semua siswa memiliki latar belakang yang berbeda. Cara untuk mengatasi semua permasalahan ini sangat butuh sekali peran dari semua pihak. Baik dari orang tua, guru dan juga pemerintah.
Mereka harus memberikan dorongan untuk membuat anak merasa percaya diri dengan menggunakan metode pembelajaran prior knowledge, sering memberikan umpan balik, self-monitoring, menciptakan suasana belajar yang nyaman, berhenti membandingkan anak satu dengan anak lainnya. Kemudian, pemerintah juga harus bisa mengupayakan sistem pendidikan berjalan efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H