Mencari Yang Seharusnya Tak Dicari
Ditengah hamparan gurun pasir ada seorang musafir cinta yang berkelana mencari kekasihnya, dengan berjalan kaki ia melanglang buana. Diperjalanan menuju sebuah perkampungan ia sempat terlintas untuk tidak melanjutkan perjalanannya lagi, karena sudah hampir 2 tahun ia berkeliling mencari dan tak ada hasil. Dengan tekad dan niat yang kuat ia melanjutkan perjalanannya dan sesampainya disana ia bergegas mencari tempat untuk tidur malam ini. Dibawah pohon kurma ia menggelar tikar dan menyantap roti yang dibelinya kemarin.
Dibawah bulan Purnama ia bersenandung ria membayangkan kehadiran kekasihnya yang tak kunjung ia jumpai. Suara angin terdengar ditelinga seolah memberi berita tentang kekasihnya “Imran kemana lagi kau akan pergi mencari ku?” Seketika ia bertanya tanya pada dirinya dan bingung pun akhirnya menemani tidurnya.
Sinar matahari membangunkan dari mimpi buruk seorang musafir itu. Dalam kegelapan ia melihat dalam mimpinya bahwa sang kekasih tergeletak di sampingnya sambil berkata “aku masih dalam anganmu namun sebentar saja.” Cahaya sang mentari menusuk mimpinya seakan kenyataan ada di depan matanya. Namun terlihat sosok bayang-bayang dari kejauhan ketika seorang musafir itu menggenggam sebuah keyakinan bahwa yang datang kekasihnya. Dengan sergap ia menghampirinya, lari sekencang kencangnya ,jatuh bangun sampai terseret seret ia menuju bayang bayang tersebut namun naas yang ia lihat cuma ilusi kekasihnya.
Begitu tenggelamnya Imran dalam lautan cinta kepada kekasihnya sampai ia lupa dengan segalanya, bertahun tahun ia kehilangan kesadaran diri dan hidupnya selalu di selimuti pengharapan akan hadirnya sang kekasih. Berfikir positif sampai hal yang tak mungkin tetap ia lakukan untuk menemukan apa yang ia inginkan, termasuk mencari seorang yang ia cintai.
Sampai dititik ia tersadar bahwa hal yang dilakukannya selama ini adalah pembodohan atas dalih dalih cinta. Kekasih yang telah pergi meninggalkannya di demensi lain membuat Imran tak siap dengan kesendiriannya, tak berani melalui hidup jika sendiri. Kematian kekasihnya membuat ia gila dan ia selalu mencoba untuk mencari sosok kekasih yang menyerupai kekasihnya dulu.
Selepas kesadaran menyembuhkan kebutaannya dalam mencari seorang kekasih, ia pulang ke kampung halaman dan pada akhirnya ia dalam menempuh hidup menghabiskan waktunya disamping pusaran makam kekasihnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H