Mohon tunggu...
Sholihul Hadi Hadi
Sholihul Hadi Hadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

lawywr Indonesia club

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menfsirkan Makna Penderitaan (Sebuah Essay Memoar) Kembara Jalanan

28 November 2013   15:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:34 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Penderitaan DEMI PENDERITAAN yang menderaku tanpa batas, kematian yang menekan begitu dahsyat , mencekam, satu persoalan filsafat serius menghempasku yaitu keinginan untuk bunuh diri, barangkali itu yang menjawab pertanyaan filosofis. Hal ini seperti seorang yang telah dihunjam anak panah beracun, dan seorang kawanpun tak ada yang menolong.orang sakitpun ber ujara:saya tidak sudi anak panah ini dicabut samapi saya tahu siapa nama-nama orangyang telah melukai saya, samapai saya tahu entah darimana dia berasal.’ Orang tadi akan mati tanpa pernah tahu sebab kematiannya, apa yang diketahuinya. Begitu pula entah dunia ini kekal atau tidak… masih saja ada kelahiran , usia tua, kesengsaraan , ratapan, penderiataan , duka cita dan keputus asaan yang papa.(batas sakitku).

Oh Guru… inikah kebenaran muliatentang melenyapkan pederiataan.melenyapkan itu berarti menghapuskan keinginan secara sempurna, membuang keinginan itu, menyangkal diri, memisahkan dari diri dan tidak memberikan tempat baginya.

Oh guru, inilah kebenaran mulia tentang jalan menuju pelenyapan penderitaan itu. Delapan langkah yang benar, yaitu : Pengliuhatan yang benar, keinginan yang benar, perbuatan yang benar, hidup yang benar, usaha yang benar, dan semedi yang benar.

Engkau tidak memiliki dirimu sendiri, sebab dirimu dipinjamkan oleh alam kepadamu. Ia adalah harmoni yang dipinjamkan alam kepadamu, kodratmu bukan milikmu; ia adalahperkembangan alamiah yang dipinjamkan kepadamu oleh alam semesta. Alhamdu lillaahi robbil aalamiin. Ia tidak mau mencampuri hidup orang lain, tidak mau memaksakan kehendaknya pada mereka, tetapi ia menolong mereka menjadi bebas; lewat keterlibatannya ia membimbing mereka pada kesatuan, dan pada kesatuan itu pulalah diia membimbing kodrat, membebaskan nasib mereka.

Ibu itu adalah Tao,sumber segala sesuatu. Anak-anaknya adalah benda dan ala mini, yang merupakan manifestasi. Dengan mengetahui bahwa segala sesuatu dalam ala mini dari sumber yang sama dan tetap memelihara keharmonisan dan kesatuan, seseorang mencapai Pembebasan Rohani, tidsak lagi terikat pada individualitas benda-benda.adalah permulaan dari alam semesta adalah ibu, dari ibu kita mengenal-anak-anaknya, tetaplah bersatu dengan ibu itu. Maka seluruh hidupmu terhindar dari kerugian .kalau orang lain bertindak keluar batas dari peraturan , aku bekerja dalam batas-batas peraturan itu. Orang lain hanya melihat apa yang akan mereka capai sehingga mereka bertindak diluar garis peraturan hidup”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun