Mohon tunggu...
Asty Ulandari
Asty Ulandari Mohon Tunggu... -

a proud daddy's girl

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Awas, Anorexia Nervosa!

6 Desember 2012   03:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:07 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Apakah anda mempunyai teman yang terlihat tidak nafsu makan, atau tetap melakukan diet ketat walaupun berat badannya sudah di bawah normal?

Bisa saja teman anda mengidap anorexia. Hal ini memang hanya satu dari banyak kemungkinan.

Kesalahpahaman paling sering terjadi ketika orang-orang mengartikan anorexia nervosa sama dengan anorexia. Anorexia berasal dari bahasa Yunani yang berarti hilang atau kurangnya nafsu makan.

Faktanya banyak orang yang mengidap anorexia nervosa memiliki nafsu makan layaknya orang normal namun cenderung menekan rasa lapar tersebut. Anorexia nervosa lebih tepat diasosiasikan dengan tindakan menghukum diri sendiri dengan berpuasa atau membatasi asupan makanan secara berlebihan.

Walaupun anorexia ditemukan 10 kali lebih banyak pada wanita daripada pria kelainan ini dapat menyerang siapapun dari segala ras, suku, latar belakang social dan budaya tanpa melihat jenis kelaminnya.

Gejala dari anorexia nervosa cukup mudah untuk dikenali, seperti

1.Menolak untuk menjaga berat badan normal

2.Mengalami ketakutan yang berlebihan terhadap kenaikan berat badan

3.Penurunan berat badan secara cepat dan signifikan

4.Tumbuhnya Lanugo (rambut halus yang tumbuh pada badan dan muka)

5.Kebiasaan makan yang kurang normal seperti memotong-motong makanan sampai sangat kecil, menolak mkan di depan orang lain, menyembunyikan atau membuang makanan

6.Tetap berdiet walaupun sudah terbilang kurus

7.Melakukan pengecekan berlebihan terhadap postur tubuh dengan menimbang berat badan berulang kali, melakukan pengukuran tubuh, dan bercermin untuk memastikan mereka tetap kurus

Pada beberapa kasus, penderita anorexia nervosa juga menunjukkan gejala seperti depresi, menjadi penyendiri, dan merasakan kesedihan dalam tahap yang tidak wajar.

Asupan makanan yang tidak mencukupi tentu berpengaruh pada kesehatan pengidap anorexia nervosa. Jika berlanjut dalam jangka panjang dan dimulai ketika masih dalam masa pertumbuhan penyakit ini dapat mengakibatkan kompliksi medis yang cukup serius seperti terhentinya pertumbuhan tinggi badan, tertundanya pubertas, lemahnya struktur tulang (malnutrisi tulang), dan terganggnya fungsi liver. Implikasi ringan seperti kelelahan, pusing, lemas, kerontokan rambut, tidak kuat terhadap cuaca dingin juga seringkali menyerang pengidap anorexia nervosa.

Sampai sekarang penyebab kelainan yang tergolong Axis I dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Health Disorders (DSM-IV) ini masih diperdebatkan dalam dunia medis.

Dari segi biologis, anorexia nervosa bisa terjadi karena komplikasi yang terjadi setelah melahirkan, warisan genetis dari orang tua, atau rendahnya hormon serotonin sampai pada tahap kecemasan berlebih. Ketidakseimbangan hormone leptin dan ghrelin (hormone yang mempengaruhi nafsu makan), kelainan aliran darah ke otak, sistem kekebalan tubuh, dan kurangnya nutrisi juga dapat memicu anorexia nervosa.

Lingkungan sosial juga diklaim mempunyai andil dalam munculnya anorexia nervosa. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa AN seringkali disertai dengan citra diri yang bias. Cognitive bias ini berefek pada cara individu mengevaluasi dan membentuk persepsi tentang tubuh mereka. Hubungan antara lingkungan social dengan AN muncul dalam dua argument yaitu lingkungan social terlebih dahulu mengenalkan ‘blueprint’ dari AN dengan memunculkan postur tubuh yang sangat kurus berulang-ulang atau dengan menyorot factor lingkungan yang lebih spesifik contohnya dari interaksi yang terjadi dalam keluarga, keadaan psikologis individu, dan biological predispotition. Kecenderungan terjadinya AN memag lebih besar di lingkungan yang mempromosikan weight loss yang signifikan contohnya di dunia modeling. Beberapa studi terbaru juga mendukung argument awal tentang adanya image distortion. AN cenderung muncul pada populasi yang in which obesity is more prevalent. AN dapat dihasilkan karena evolusi motivasi atau dorongan seseorang untuk dapat tampil menarik pada populasi yang menganggap ukuran tubuh adalah indicator primer dari umur.

Media juga tidak luput menjadi salah satu faktor yang mendorong munculnya AN. Televisi, majalah, Koran, radio, film, iklan, dll merupakan trigger utama dibelakang ketidakpuasan ukuran badan, perhatian berlebih terhadap berat badan, dan kelainan pola makan. Campur tangan mdia masa dalam membentuk persepsi tentang citra diri dan bentuk tubuh ideal telah membuat anak kecil dan remaja yang terpapar media masa tersebut mengalami kesulitan untuk mengenali dan mengidentifikasi apakah yang mereka lihat benar atau tidak.

Menurut penelitian cara yang lebih ampuh untuk membantu pengidap anorexia nervosa adalah mendorong pola makan teratur bagi penderita dan bukan menyorot kelainan pola makan tersebut secara terus menerus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun