Mohon tunggu...
Asty Maulidya
Asty Maulidya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca dan memasak. kata teman-teman saya orang yang humoris;0

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dampak Globalisasi Industri Musik Terhadap Identitas Budaya Lokal

13 Februari 2024   10:29 Diperbarui: 13 Februari 2024   10:46 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

K-Pop adalah singkatan dari musik pop Korea yang telah berevolusi dari tren lokal menjadi fenomena global, sehigga K-Pop menjadi terkenal di kancah musik internasional. Globalisasi K-Pop telah menyebabkan munculnya bentuk-bentuk budaya baru hasil perkawinan silang, sebuah proses yang dikenal sebagai glokalisasi, sebagai hasil dari pertemuan dan dampak global-lokal. Di Indonesia sendiri, K-Pop merupakan salah satu sub-sektor hiburan yang sangat populer khususnya pada kalangan anak muda.

            Berdasarkan beberapa riset yang ada, hampir sebagian anak muda di Indonesia sangat menyukai Kpop. Bahkan sekarang pun anak-anak yang berumur kurang lebih antara 7 hingga 8 tahun sudah mengenal apa itu Kpop. Tak bisa dipungkiri, sebab di zaman yang segalanya dapat di akses melalui teknologi berbentuk Hp apapun dapat diketahui secara cepat dan lengkap. Dengan merasuknya industri K-Pop ke Indonesia, budaya-budaya lokal yang seharusnya terus bisa dipertahankan anak muda mulai terkikis sebab sudah terasa tak menarik lagi.

            Dampak globalisasi K-pop terhadap identitas budaya lokal merupakan fenomena yang beragam dan dinamis, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Perlu diketahui pengaruh budaya K-Pop sangat berdampak pada individu dan budaya-budaya di Indonesia. Pada individu sendiri menyukai K-Pop dapat mencapai hingga tahap fanatik dan menganggap idola adalah orang yang sangat dicintai. Sehingga tak jarang ditemui keributan-keributan yang terjadi hanya karena seorang individu tak terima dengan opini atau pendapat orang lain mengenai idolnya.

            Tahap fanatik dalam megidolakan seseorang merupakan tahap dimana seseorang menempatkan idolanya sebagai tumpuan dan percaya bahwa mereka tidak dapat melakukan kesalahan, sehingga mereka menunjukkan perilaku yang sering kali bersifat obsesif, kompulsif, dan adiktif. Meskipun mengagumi seseorang adalah hal yang normal dan setiap orang memiliki seseorang yang mereka kagumi, mengidolakan seseorang tidaklah sehat dan dapat memberikan dampak negatif bagi individu dan masyarakat.

Selain sifat yang terbilang obsesif, seseorang yang menyukai K-Pop tergolong lebih boros dan konsumtif. Karena industri K-Pop kerap kali mengadakan comeback dimana artisnya acap merilis album baru yang tentu harganya tak bisa dibilang murah sebab tingginya nominal uang Korea ketika dikonversikan menjadi nominal Indonesia, belum lagi biaya pajak yang harus dibayarkan pada pihak bea cukai. Sifat konsumtif yang dilakukan tak jauh dari pembelian album, poster, pernak-pernik dan berbagai hal lain yang jumlahnya banyak dengan kisaran harganya yang cukup pricey.

Namun, apabila hanya dilihat dari sisi negatifnya saja tentu tidak adil. Dampak positif K-Pop bagi anak muda zaman sekarang juga bisa dibilang banyak. Karena yang mereka idolakan adalah artis dari luar negeri yang jelas tidak bisa berbahasa Indonesia, maka mayoritas anak muda yang menyukai K-Pop berusaha untuk mempelajari bahasa idolanya yaitu bahasa Korea. Tak sedikit pula yang mempelajari bahasa Inggris dengan harapan ketika suatu saat nanti bertemu dengan idolanya, mereka dapat mengobrol dengan leluasa tanpa kendala bahasa.

K-Pop juga membawa banyak perubahan bagi kebanyakan anak muda yang memiliki keluarga kurang harmonis. K-Pop menjadi salah satu pelarian mereka untuk sekedar menyingkir sedikit dari segala hiruk pikuk keluarganya yang begitu berantakan. Bagi mereka, idolanya adalah salah satu alasan dan penyemangat untuk terus menjalani hidup.

Akan tetapi, maraknya tren K-Pop menyebabkan anak muda lupa akan budayanya sendiri. Indonesia memiliki begitu banyak budaya yang harus dilestarikan oleh generasi muda penerus bangsa. Salah satu dampak terkikisnya budaya lokal oleh globalisasi adalah diklaimnya budaya Indonesia oleh negara lain. Hal ini masih terus menjadi perdebatan panas di sosial media, maka ketika hal itu terjadi barulah anak muda menyadari betapa pentingnya melestarikan budaya lokal di Indonesia agar tidak di klaim oleh negara lain.

Identitas budaya lokal Indonesia kaya akan keragaman etnis, bahasa, seni, dan tradisi. Ini mencakup adat istiadat, tarian, musik, pakaian tradisional, serta warisan arsitektur dan kuliner yang beragam dari satu daerah ke daerah lainnya. Oleh sebab itu dengan ragamnya identitas budaya lokal di Indonesia mengajarkan kita untuk terus melestarikannya. Mengidolakan boleh, namun jangan lupa juga dengan budaya lokal di negara sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun