Oleh : Astuti Sanri (Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Palopo)
Opini-Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bustanul Arifin memaparkan, pertumbuhan TFP pertanian bernilai negatif sejak 2011. Artinya, terjadi penurunan produktivitas pertanian, salah satunya karena kurangnya penggunaan teknologi terkini.
"Kita punya problem dalam mendorong produktivitas pertanian karena penggunaan teknologi kita lamban, kalaupun ada inovasinya belum banyak terserap dan teraktualisasi dalam konteks pertumbuhan ekonomi," kata Bustanul dalam webinar INDEF - Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021, Senin (30/11).
Soekartawi (2002) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan produksi yaitu adanya perbaikan teknologi dari penggunaan teknologi lama menuju teknologi baru baik dalam bentuk alat produksi, alat konsumsi, atau masukan produksi atau barang konsumsi. Keberadaan teknologi baru memungkinkan penambahan biaya produksi dan peningkatan risiko maupun ketidakpastian. Namun jika kendala tersebut dapat diatasi maka dapat mewujudkan peningkatan produksi yang lebih besar.
Teknologi pertanian di kec. Bajo tepatnya di desa Saga masih tertinggal di era digitalisasi. Sebab, kesadaran teknologi di kalangan petani masih rendah. Ketika revolusi digital, banyak teknologi pertanian yang masih belum maju.
Rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya pelatihan penggunaan teknologi modern merupakan faktor utama sektor pertanian masih bersifat tradisional. Di kec. Bajo pendidikannya banyak yang tamatan SMP ke bawah, sehingga dalam memanfaatkan teknologi yang ada masih kurang.
Harapan kedepannya pemerintah bisa melakukan kerjasama bidang pertanian dengan sektor swasta terkait penggunaan teknologi yang tepat guna. Selain itu, diperlukan bantuan dari pemerintah. Seperti, pelatihan teknologi terbaru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H