Hufh, Boby membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa lumpur yang menempel di bagian perutnya. Ekornya sudah pasti lebih basah dan kotor. Tapi mudah, tinggal melintasi tepian got maka semua akan bersih terbawa air yang warnanya kian hari kian pekat.
"Hahahahaha...........Masih saja kau sibuk mengorek sampah? Apa kau tidak sadar baumu seperti apa?"
Sebuah suara tiba-tiba mengejutkannya. Seperti Randy tapi mengapa warnanya berubah lebih cerah?
"Kenapa? Kau bingung melihatku?" Tanya mahluk yang serupa Randy itu padanya.
"Jelas saja aku berwarna lebih bersih. Sekarang aku hidup di sebuah rumah mewah. Tak perlu lagi aku berpeluh dan mengorek sampah seperti kau." Katanya lagi dengan nyinyir.
"Kau...........kau Randy?" Tanya Boby masih dengan nada tak percaya.
Randy teman mainnya sejak kecil. Temannya menyelinap diantara gorong-gorong air yang bermuara di kali besar yang airnya deras. Hingga sering kali membuat ibunya khawatir. Ah, Boby jadi ingat ibunya yang mati karena terbawa arus air yang deras di kali bercampur sampah. Dan ditemukan sudah tak bernyawa di antara tumpukan plastik dan styrofoam di pintu air.
"Iya, masa dari tadi kau tak mengenaliku?" Jawab Randy.
"Tapi aku heran, mengapa orang tuaku tak mau kuajak tinggal bersamaku." Katanya lagi.
Ah, sudah jelas mereka tak mau. Tinggal di rumah mewah seperti itu justru membuat derajat mereka semakin tak berharga. Untuk mendapatkan makanan dan kemewahan itu mereka harus mencuri. Jelas saja orang tuanya lebih memilih bekerja keras mengais sampah disini. Boby hanya menghela nafas mendengar kata-kata temannya itu.
"ya, sudahlah. Aku kembali dulu. Kalau kau sudah bosan tinggal disini. Mainlah ketempatku. Siapa tahu kau berminat tinggal bersama kami disana." Kata Randy sambil berpamitan.