Saat berangkat kerja tadi pagi, laju motor saya terhenti di perlintasan kereta api dekat stasiun senen. Banyak motor yang meng-klakson dan menyeropot walau palang sudah menutup. Pemandangan biasa di tempat itu, memang biasanya palang pintu tertutup agak lama bahkan bisa mencapai lima menitan. Tapi pagi ini saya memilih menepi agak ke kanan dan memberi jalan bagi mereka yang memilih menyerobot.
Entah kenapa, saya ingin tenang menikmati pemandangan di sekitar perlintasan pagi tadi. Dan benar, lagi-lagi "teguran" untuk saya yang hadir lewat pemandangan lalu lalang manusia.
Melintas perempuan-perempuan perkasa, yang berjalan membelah paagi. Mencari setetes rejeki demi melanjutkan hidup.
Perempuan pertama yang melintas, seorang perempuan setengah baya dengan gerobak berisi minuman-minuman dalam kemasan.
Perempuan kedua, seorang nenek yang masih begitu perkasa menggendong bakul jamu. Berjalan melintasi rel kereta api.
Perempuan ketiga, seorang perempuan setengah baya juga. Memikul karung yang masih kosong, kelihatannya pemulung.
Perempuan keempat, seorang ibu yang mendorong gerobak sayur.
Betapa malu rasanya saya. Tak pernah dalam hidup, harus menanggung beban berat-dalam arti sebenarnya- seperti mereka. Tapi masih sering mengeluh, kelelahan menjalani rutinitas, beban pikiran karena harus berbagi waktu dan prioritas hidup.
Ah, mereka memang perempuan-perempuan perkasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H