Mohon tunggu...
Astuti -
Astuti - Mohon Tunggu... -

seorang perempuan biasa yang ingin berusaha selalu belajar.seorang ibu bekerja dengan 1 anak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dompet Mbah

14 Februari 2011   08:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:37 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Duh, lagi-lagi menelipkan uang ke dalam lipatan setagen di jariknya.

Mbah utiku ini memang punya kebiasaan yang tak berubah. Padahal sudah kubelikan dompet yang bagus untuk menyimpan uangnya. Juga untuk menyimpan KTP atau surat-surat lainnya yang harus dibawanya saat bepergian misalnya mengambil pensiun jandanya setelah Mbah Kung meninggal.

Mbah Uti punya kebiasaan unik yang kadang membuatku kesal. Menyimpan uang dengan dilipat dan memasukkannya ke dalam lipatan setagennya yang dia pakai di pinggang. Ya, Mbah ku adalah perempuan yang tak menanggalkan kebayanya di jaman para wanita sudah mengenakan celana panjang dengan tank top sebagai padanan. Beliau tetap mengenakan jarik dan setagen sebagai paduan kebayanya. Mbah Uti ku memang terlihat tetap cantik dan anggun di usia senjanya dengan pakaian seperti itu.

Tapi yang membuatku kesal, Mbah menyimpan uangnya di selipan setagennya itu. Sementara KTP atau kertas lainnya di masukkan ke dalam kantung kecil dari kantong gandum yang dijahitnya sendiri lalu diselipkan juga disitu.

Beliau sering sekali kehilangan uang. Mungkin karena terkadang uang itu jatuh saat Mbah Uti membayar sesuatu dan beliau tidak menyadarinya. Tapi beliau dengan enteng akan berkata, mungkin karena uang itu belum rejekinya.

Sementara kantong kecil nya lebih aman karena diberi pengikat.

Maka aku pun membelikannya dompet kemudian. Agar uangnya tersimpan rapih dan surat-surat pentingnya tak tercecer.

Tapi lagi-lagi hari ini, Aku melihat Mbah Uti memasukkan uang ke dalam lipatan setagennya.

"Mbah, dompetnya kemana sih?" Tanyaku.

"Ada kok, itu didalam lemari." Sahutnya dengan santai sambil berlalu ke belakang.

Ah, Mbah. Untuk apa disimpannya didalam lemari?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun