Mohon tunggu...
Astuti -
Astuti - Mohon Tunggu... -

seorang perempuan biasa yang ingin berusaha selalu belajar.seorang ibu bekerja dengan 1 anak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Persimpangan Jalan

10 November 2010   08:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:43 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ririn berjalan tertunduk. Kaki-kakinya menendang-nendang kecil kerikil yang ada dijalan setapak di depan kampusnya. Berjalan pagi ini, menyusuri jalan yang masih senyap menuju gedung D tempat kuliah Ekonomi Makro pagi ini.

Terngiang kata-kata Nadya tadi malam, "Rin, Aku mencintai Hari. Tapi aku tidak tahu bagaimana perasaan Hari padaku."

Pedih rasanya, bagaimana mungkin ia dan sahabatnya mencintai lelaki yang sama.  Bagaimana mungkin Nadya tidak tahu itu ? Selama ini Ririn selalu bersemangat menceritakan semua hal tentang Hari, sebegitu seringnya. Tapi Nadya tak merasakan apa yang Ririn rasa dibalik cerita-cerita itu. Dan dengan tenangnya menceritakan perasaannya itu pada Ririn malam tadi.

Tepukan di pundak membuat Ririn kaget dan menghentikan langkahnya.

"Ada yang jatuh, Neng ? Sejak tadi kulihat kau jalan sambil menunduk."

Hari. Bagaimana mungkin mahluk yang sedang dipikirkannya itu tiba-tiba muncul dihadapannya. Ririn tersenyum.

"Ngga ada kok, Har. Cuma sedang menikmati jalan yang masih sepi, udara masih segar dan belum ada mahluk yang menganggu." Jawab Ririn sambil tertawa.

"Jadi aku mengganggu, nih ? Yo wes, aku tinggal deh..........."

"Ngga, kok Har. Kok jadi ngambek sih ?" Jawab Ririn sambil menarik tangan Hari.

Persahabatan sejak SMA membuat mereka begitu dekat, tak menyangka akan memilih kampus yang sama di kota yang sama. Liburpun pulang ke kota kecil mereka berbarengan. Saling mengunjungi saat libur, mengisi liburan bersama. Tak hanya itu, Hari juga sering mengunjungi kosnya, walaupun hanya ngobrol di teras rumah kos terkadang sambil makan cemilan yang dibawanya. Indah, sampai curhat Nadya tadi malam terdengar.

Mereka jalan bersama, tapi berpisah di persimpangan taman.  Jadwal mereka berbeda. Dan Hari berjanji malam itu mengajak nonton, ada film drama bagus katanya. Tumben, Hari tertarik film drama. Untuk hal yang satu ini, selera mereka berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun