Untuk mengisi waktu - yang sebenarnya tidak terlalu luang- saya mengambil sebuah kursus. Awalnya hanya mengisi waktu di sabtu pagi karena kebetulan anak dan suami saya biasa memiliki kegiatan sendiri di waktu itu. Dan suami saya menyarankan lebih baik saya mengisi waktu di sabtu pagi itu dengan mengambil kursus atau pendidikan yang menarik atau ingin saya dalami.
Alhasil, sudah beberapa waktu terakhir saya menjalani sabtu pagi dengan kegiatan ini.
Hingga sabtu pagi tepatnya sabtu pagi pada minggu yang lalu, kelas kursus saya kemasukan seorang peserta baru. Seorang gadis muda yang masih berstatus mahasiswa.
Pada sesi perkenalan, pengajar kami memberi kesempatan kami untuk mengenal satu sama lain dengan saling mengajukan pertanyaan. Hingga pada kesempatan bertanya pada saya, gadis muda teman baru saya ini menanyakan mengapa saya mengambil kursus ini. Saya sempat heran dengan pertanyaan itu. Walaupun akhirnya saya jawab bahwa saya ingin menambah kemampuan atau skill saya di bidang ini.
Gadis muda ini tampak tidak puas dengan jawaban saya. Maksudnya ternyata adalah dengan posisi saya sebagai seorang ibu dan seorang istri juga seorang perempuan yang bekerja. Salahkah seorang perempuan bekerja yang sudah menikah dan berstatus sebagai seorang ibu punya keinginan menambah kemampuan?
Seorang perempuan sampai pada titik menjadi istri dan menjadi seorang ibu bukanlah berarti selesai prosesnya untuk terus belajar dan menambah kemampuan, itu sih pendapat saya pribadi.
Tapi yang lebih penting adalah dukungan dari suami.
Menjadi istri dan menjadi ibu adalah sebuah hal yang tak hanya berhenti dititik "menjadi" saja. Tapi bagaimana mengembangkan dan menambah kapasitas diri untuk menambah kemampuan dalam proses setelah "menjadi" adalah sebuah kesatuan yang tak bisa diabaikan. Sejalan dengan perkembangan jaman, tantangan hidup ke depan yang semakin bervariasi. Mendidik anak pun sudah menjadi hal yang memerlukan tambahan bekal. Menjadi istri pun sudah menjadi hal yang memerlukan tambahan wawasan. Meski bekal dan wawasan itu tak harus melalui pendidikan formal atau lembaga ketrampilan. Banyak cara dan banyak jalan yang bisa menjadi pilihan.
Salah satu pilihan mungkin adalah internet. Dengan menyediakan fasilitas internet di rumah, seorang ibu rumah tangga pun bisa melakukan banyak hal. Menyalurkan hobi, mencari referensi artikel pendidikan anak, sharing info dan pengetahuan dengan orang lain dan banyak hal lain yang bisa dilakukan.
Namun kebetulan saja tambahan skill yang saya ingin dapatkan kali ini membutuhkan patner berinteraksi, patner diskusi dan sharing maka saya memilih mengambil kursus.
Jadi, menambah skill setelah menjadi seorang ibu, why not?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H