"Tak apa, ada yang bisa saya bantu ?"
"Sebenarnya saya ingin bertemu bapak, bu. Sudah enam bulan ini bapak tak mengunjungi saya dan anak-anak juga tak mengirimi uang."
Aku terkejut. Mana mungkin suamiku ? Anak-anak kami beranjak dewasa dan kuliah di kota lain. Kesibukannya yang sering membuatnya tak dirumah dan membuat aku sepi sendiri. Hanya untuk wanita ini dan balitanya ?
Kuperhatikan wajah balita-balita itu. Usia mereka sekitar Empat dan Dua tahun. Selama hampir lima tahun artinya suamiku menyembunyikan perempuan ini? Juga kiriman-kiriman uang untuknya, kunjungan-kunjungan untuknya yang tak kuketahui.
"Dimana adik tinggal?" Tanyaku.
"Saya dari Semarang, Bu."
Kuingat, memang beberapa kali suamiku berkunjung ke kota itu dalam rangka dinas katanya. Dan ternyata. Aku semakin bingung, ada rasa pedih menyelusup dalam hatiku.
"Tapi bapak belum pulang, sedang ke Medan. Mungkin besok baru tiba. Adik mau menginap disini menunggu ?"
"Tak usahlah, bu. Saya kembali ke rumah saudara saya saja. Sejak kemarin saya menginap disana." Sahutnya.
Dia berdiri hendak pamit, tiba-tiba aku teringat. Ada yang belum sempat kutanyakan padanya.
"Nama Bapak yang adik cari siapa ya ?" Tanyaku.