Mohon tunggu...
Astuti -
Astuti - Mohon Tunggu... -

seorang perempuan biasa yang ingin berusaha selalu belajar.seorang ibu bekerja dengan 1 anak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perjanjian Pra Ramadhan

12 Agustus 2010   04:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:06 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun ini tahun ketiga Mas Rangga puasa sehari penuh. Dia sudah mulai puasa setengah hari sejak di TK A dan puasa sehari penuh di kelas 1 SD. Awalnya sebelum ramadhan tiba kami ngobrol tentang puasa ramadhan, dan mulailah perjanjian itu kami buat. Perjanjian I Ini dibuat di ramadhan tahun 2008 saat dia kelas 1 SD LPI At taufik Cempaka Putih. setiap dia bisa menyelesaikan satu hari penuh puasanya, ibu kasih hadiah Rp.1000,- Jadi kalau sebulan penuh maka dia bisa mengumpulkan kira-kira Rp.30.000,- dan ada bonusnya dari bapak hehehe....... 1 kaset PS. Wah, semangat sekali dia puasa. Setiap siang pulang sekolah dia merasa haus (anak-anak sering lebih kuat menahan lapar daripada menahan haus) dia telepon saya (saya masih di kantor) mencoba bernegosiasi, kalau sampai setengah hari..........bisa tidak hadiahnya tetap Rp.1000,- . Wah........tetap tidak mau kehilangan hadiahnya, dan saya tetap konsisten pada perjanjian awal kami. Diminggu-minggu awal berat sekali  kelihatannya, tapi berjalan di minggu kedua dan seterusnya dia sudah enjoy bahkan lupa pada kesepakatan hadiah ini, tapi saya tetap menepati janji. Dan yang membuat saya terharu, dia menggunakan uang itu ditambah hasil bongkar celengannya untuk membelikan oleh-oleh mudik buat ibu gurunya!!! Perjanjian II Ini dibuat di ramadhan tahun 2009 saat Mas Rangga kelas II SD. Sudah mulai naik nih, hadiahnya. Sehari jadi Rp.3000,- Wah.........lebih semangat dan sudah mulai tidak melakukan negosiasi diminggu awal sampai selesai. Hanya dia tidak bisa menyelesaikan sebulan penuh karena di minggu akhir ramadhan dia sakit. Awalnya dia memaksa puasa karena tidak mau kehilangan hadiahnya. Tapi saya berusaha menjelaskan bahwa puasa tidak wajib untuk orang yang sedang sakit, makanya Allah meringankan dengan memberi waktu membayar hutang puasa dilain waktu. Dengan janji saya tetap memberi hadiah penuh maka dia mengalah tidak puasa. Dan seperti tahun sebelumnya (dan kelihatannya akan menjadi kebiasaannya) dipergunakannya uang itu untuk membeli oleh-oleh mudik untuk ibu gurunya termasuk ibu guru kelas 1. Bahkan saat liburan kemarin saya melatihnya liburan sendiri di rumah neneknya di yogya, ritual membeli oleh-oleh ini tetap dilakukannya. Sampai saya tersipu-sipu saat bertemu guru di sekolahnya yang mengucapkan terima kasih untuk oleh-oleh dari rangga. Padahal hanya bakpia lho......... hehehe Nah, ini rekor termanis menurut saya. Tahun ini ramadhan tidak diawali dengan perjanjian. Sepertinya seiring usianya dia sudah mulai mengerti. Bahkan disaat awal puasa seperti ini, kami hanya melalui berdua karena ayahnya sedang bertugas keluar kota, dia tetap berangkat sholat tarawih. Tahun ini dia akan genap berusia delapan tahun, tapi terkadang kedewasaan dan pengertiannya -  walaupun tetap diiringi sifat iseng atau rewel khas anak-anak - sering membuat saya terharu. Selamat berpuasa ramadhan sayang..........semoga menjadi Anak Sholeh

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun