Mohon tunggu...
Amy Stroberi
Amy Stroberi Mohon Tunggu... -

I'm simply extraordinary.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Komen di Facebook: Banyak-Banyakan???

11 Januari 2011   12:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:43 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sehari gak facebook-an rasanya ada yang kurang." Kutipan sms promosi dari salah satu operator cdma itu bikin miris. Sebegitu mendarah dagingkah facebook bagi kita? Sampai-sampai tidak bisa tidak online barang sehari, mesti ngecek fb. Padahal apa ya yang kita harapkan, paling-paling hanya ngintip notifikasi. Dan ini suatu bentuk bahwa: manusia ingin diperhatikan.

Kadang ingin update status, lagi kepingiiiiiiin banget. Tapi bingung mau update apa, sampe cari-cari inspirasi, buka buku, googling, sampe mikir tapi mentok, tetep gak nemu juga apa yang mau di share. Tapi kadang bisa juga sekalinya aktif, inspirasi buat ngupdate status ngalir terus, alhasil home teman kita didominasi oleh share-an kita, entah itu status, link, foto, dsb. Dan kayanya gak afdol sebuah update-an, terutama status, tanpa komen atau jempol tersembul. Bahkan ada kelompok yang sudah janjian untuk menjempolkan status temannya apapun isinya. Hmm, supaya apa ya? Bahkan pernah baca status teman begini, "komen dan jempol adalah hal yang sangat penting bagi sebuah status."

Sebagai manusia normal yang ingin diperhatikan, saya pun mengharapkan feedback tersebut. Namun gak semua yang kita bagi sesuai atau dimengerti oleh orang lain. Karena biasanya, friend kita me-like atau merespon status karena satu sudut pandang, sedang mengalami hal yang serupa, atau dimengerti oleh mereka. Sedangkan yang tidak sepaham, seleranya bukan gue banget, atau ngomong apa kali gak jelas, kita anggap spam. Tapi ada orang tertentu yang mau update apa ajalah bakal dapet feedback bertubi-tubi, misalnya artis, tokoh terkenal, sampe yang bukan siapa-siapa namun foto profilnya menggoda atau cuantik rek, bakal kebanjiran order juga tuh. Kebanjiran order notifikasi maksudnya, untuk dibalas.

Harapan akan ngebulnya komen di status gak salah sih. Cuma saya agak merasa ada sedikit ke-egoisan dari sistem pengomen (bukan pengamen, pengomen adalah sebutan untuk orang yang memberi komen di status orang) dan penstatus (bukan pencetus, penstatus adalah orang yang meng-update status). Penstatus selalu terbaca lebih aktif, lebih bergairah ketimbang pengomen. Misalnya A mengomeni status B, B terbaca aktif pengennya dibalas terus oleh A, nanya-nanya dan munculin topik diluar tema status supaya dapat komen banyak. Namun gantian, giliran B mengomeni status A, B terbaca ngasal, niat gak niat dan sedikit sekali antusiasmenya. Jadi teringat kata-kata teman saya, teman saya kata orang terkenal yang saya lupa siapa, begini kutipannya "manusia selalu hanya tertarik pada dirinya sendiri." Hmm, egois ya...

Ada tipe lain lagi selain tipe janjian jempol dan pancingan komen, yaitu tipe yang males facebook-an or bisa juga disebut facebookers normal. Cirinya, kalau statusnya dikomen balas seperlunya dengan bahasa wajar, bahkan tidak dibalas jika dirasa tidak perlu. Kenapa saya bilang bahasa wajar? Karena saya sendiri merasa kalau bahasa facebook suka tidak wajar. Mengapa ketika sms-an dan balas komen gaya tulisannya beda? Apa karena di facebook dilihat oleh orang lain makanya harus agak hyperbole? Sedangkan di sms hanya man-to-man or satu lawan satu? Menyadari itu saya ubah total gaya bahasa saya di facebook.

Kini, saya pun berusaha menjadi facebookers normal. Karena dulu saya memang facebookers rada-rada. Meng-update status tidak sesering dan segamblang dulu. Tak kecewa bila tak ada feedback, karena saya menulisnya tanpa beban, dan memang di desain supaya hanya saya yang paham isi dan maksudnya. Merasa tidak perlu mempublikasikan kehidupan pribadi dunia nyata ke dunia maya. Status-status yang di share maknanya tersirat. Yang membaca hanya menebak tak mengerti. Terkadang share yang bermanfaat, atau status just for fun, tetap tanpa beban.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun