Generasi Z atau dikenal dengan Gen Z adalah generasi pertama yang tumbuh di era digitalisasi. Gen Z diklaim sebagai generasi orang-orang yang kreatif dan inovatif dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mengingat Gen Z saat ini mendominasi populasi Indonesia dengan jumlah mencapai 71, 5 juta jiwa atau sekitar 26,4 persen berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sensus Penduduk 2020 dari  total penduduk Indonesia. Proporsi tersebut mencakup mereka yang lahir pada rentang tahun 1997-2012. Diusia ini tak keliru bahwa kelompok Gen Z telah mencapai pada perannya untuk memutuskan menikah dan mengambil peran menjadi orangtua.
"Lalu apa yang menjadi tantangan orangtua gen Z dalam mengambil peran sebagai orangtua?"
Tantangan Orangtua Gen Z dalam mengambil peran sebagai orangtua dan memberi pengasuhan pada anak :
Keputusan Gen Z untuk menikah dan memiliki keturunan akan membawa karakteristik yang unik sebagai orangtua untuk menjalaankan peran melakukan pengasuhan. Mulai dari gaya pengasuhan yang serba modern hingga keterampilan yang semua bersinggungan dengan meleknya teknologi. Secara nyata kehadiran internet dan perangkat pintar yang mudah diakses telah mengubah dinamika pengasuhan orangtua Gen Z. Pada dasarnya Gen Z sendiri dikenal sebagai contoh generasi utama dari perkembangan digital native (warga digital) atau juga kerap disebut touch generation (generasi layar sentuh).
Di satu sisi, teknologi dan digitalaisasi memberikan banyak manfaat bagi para orangtua Gen Z, salah satunya kemudahan dalam memperoleh informasi terkait parenting yang baik dan benar. Namun di sisi lain, terdapat berbagai risiko  diantaranya seperti asiknya menggunakan teknologi digital membuat berkurangnya interaksi sosial secara langsung antar orangtua dan anak atau anak dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan kecanduan perangkat hingga paparan konten yang tidak sesuai.
Sehingga munculah tantangan yang secara nyata telah banyak dijumpai pada orangtua Gen Z diantaranya :
1. Tekanan sosial media
2. Perubahan yang menuntut adaptasi dengan cepat
3. Persebaran informasi yang berlebihan
Hal tersebut dapat mempengaruhi pola pengasuhan orangtua pada anak yang menyebabkan banyaknya kasus pembullyan, kekerasan seksual, judi online yang disebabkan salah satunya karena penggunaan gadget dan media sosial yang tidak sesuai dengan usia anak. Oleh karena itu, orang tua Gen Z perlu bijak dalam menyeimbangkan manfaat dan risiko kemudahan akses teknologi dalam kehidupan anak-anak mereka.
"Sebelum itu terjadi apa yang perlu dilakukan oleh orangtua gen Z ?"
Perlunya orangtua gen Z menamkan nilai-nilai lokal yang diterapkan pada parenting terhadap anak-anak mereka. Pemberian nilai-nilai lokal dapat menjadi fondasi penting dalam membentuk karakter anak-anak di era digital.Â
1. Pertama adalah nilai kesopanan atau rasa hormat, di era digital ini sangat penting untuk orangtua mengajarkan nilai kesopanan dan saling menghormati yang mencakup prilaku hormat paada orang lain seperti teman, guru, orang tua dan orang-orang disekitarnya. Kemudian menghormati dan sopan dalam bermedia sosial dengan tidak melakukan bullying atau cyberbullying, penyebaran hoaks, dan saling menghargai pada perbedaan pandangan.Â
2. Kedua nilai gotong royong yang dapat diterapkan pada pemilihan aktivitas-aktivitas bersama dengan keluarga seperti membersihkan rumah, saling tolong menolong dengan tetangga dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat sekitarnya.
3. Ketiga dengan menciptakan hubungan sehat yang harmonis terutama antar anak dan orangtua dengan memberikan contoh dan pembinaan pada anak untuk memiliki akhlak yang terpuji , kemampuan mengontrol emosi, bertanggung jawab dalam mengambil keputusan, bijaksana dalam bertindak dan menghargai sudut pandang orang lain yang mungkin berbeda denganya yang dimulai dari sikap dan prilaku yang dicontohkan orangtua.
"Keterkaitanya dengan perkembangan media digital saat ini dengan nilai-nilai budaya lokal tersebut apa?"
Dengan menggabungkan perkembangan pada kecanggihan digitalisasi dan nilai-nilai budaya lokal memberikan kemudahan pada orangtua untuk mengakses teknologi  dan memperkenalkan budaya lokal sekaligus menananamkan nilai karakter kepada anak. Adapun yang dapat dilakukan orangtua adalah :
1. Dengan menggunakan media digital seperti aplikasi video, platform yang mengenalkan dan mengadaptasi nilai yang terkandung dalam budaya lokal seperti nilai saling menghormati, gotong royong, dan harmonis dengan adanya cerita rakyat, musik dan seni daerah yang dikemas dalam bentuk digital yang menarik dan interaktif.Â
2. Memberikan permainan edukatif dengan memodifikasi permainan tradisional yang kaya dengan nilai-nilai lokal yang dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.Â
3. Memanfaatkan media sosial untuk berbagi pengetahuan atau pengalaman dari sharing cerita, foto, dan video tentang budaya lokal yang dikemas melalui akun-akun media sosial.Â
Hal tersebut dapat dilakukan oleh orangtua Gen Z dengan memberikan dan menggabungkan pembelajaran pada penanaman norma, nilai kebudayaan lokal dengan memanfaatkan kolaborasi kecanggihan media digital secara bijak melalui atribut fisik seperti bahasa dan kebudayaan, modeling sikap dan kebiasaan para pendahulu yang di aplikasikan secara sederhana sesuai dengan aktivitas sehari-hari. Di era digital saat ini memberikan peluang tak terbatas bagi orangtua untuk menanamkan nilai-nilai budaya lokal leluhur pada anak. Orangtua Gen Z dengan kreatifitas dan inovasi yang dimiliki dapat memadukan kearifan nilai-nilai budaya lokal dan teknologi digital dengan menciptakan pengasuhan dan pembelajaran yang tepat agar menjadi anak yang cerdas, berkarakter serta memiliki rasa cinta terhadap nilai budaya Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H