Alhamdulillah, tahun ini untuk ke empat kalinya saya merasakan ramadhan di Malaysia, tepatnya di Kuala Lumpur. Saya menjadi semakin akrab dan menerima kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan apa yang biasanya saya temui di kampung halaman, mulai dari jadwal berpuasa, bertarawih sampai ke menu khas ramadhan yang sangat asing buat saya.
Berpuasa di kampung halaman biasanya berkaitan erat dengan anggaran belanja bulanan yang membengkak karena biasanya saya harus membuat dua menu berbeda untuk sahur dan berbuka. Bukannya ingin bermewah-mewah, tapi karena hanya ingin agar anak-anak semangat menjalankan puasanya.
Di sini saya malah bisa berhemat banyak. Kok bisa?.Jawabannya simpel saja. Mesjid-mesjid di sekitaran Kuala Lumpur menyediakan beragam menu berbuka gartis yang lumayan lengkap dari mulai tajil sampai menu utama untuk siapa saja yang datang untuk berbuka.Â
Di Mesjid Kampung Baru, selain kurma dan penganan manis lainya, pengurus mesjid menyajikan menu khas bubur Lambok yang cukup lezat sampai orang rela antri mengular hanya untuk mendapatkan bubur lambok khas mesjid Kampung Baru. Setelah berbuka dengan bubur lambok, para jamaah yang telah selesai sholat maghrib akan disediakan paket lengkap nasi berikut lauknya.
Lain lagi dengan Mesjid Wilayah Persekutuan. Di mesjid ini, selain tersedia menu tajil lengkap dan paket makan ba'da maghrib, para jamaah yang telah selesai melaksanakan sholat tarawih masih disuguhi dengan paket makan komplit yang lumayan banyak. Kalau masih merasa ke yang dan tidak sempat dimakan di mesjid, jamaah bisa membawa pulang makananya dan bisa dimakan untuk sahur nanti.Â
Masih ada lagi Mesjid Negara, Mesjid Jamek, dan mesjid-mesjid lainnya yang berlomba-lomba melayani jamaahnya dengan istimewa sehingga suasana ramadhan menjelang berbuka di setiap mesjid terasa sekali.Â
Selain beribadah dengan khusyu di mesjid, tentu saja secara tidak langsung kita bisa menghemat uang belanja. Bisa dibayangkan kalau setiap hari kita berkeliling, bersafari ramadhan dari mesjid ke mesjid, maka uang belanja di bulan Ramadhan yang biasanya dobel kini malah jauh bisa berhemat. Salah satu berkah Ramadhan bisa kita rasakan.
Berpuasa di negara yang multi ras ini juga menjadikan kita secara tidak langsung lebih kuat secara mental dan meningkatkan pemahaman lintas budaya kita. Kita akan melihat banyak non muslim yang berasal dari berbagai etnis yang makan siang di tempat-tempat umum tanpa merasa terganggu satu sama lain.Â
Restoran dan tempat makan tetap buka seperti biasa melayani pembeli tanpa harus memasang tirai setengah badan untuk menutupi pelanggan yang sedang makan seperti yang sering saya lihat di kampung saya.Â
Siapa saja bisa makan di restoran di siang hari dengan bebas, kecuali satu; warga muslim dan orang melayu. Kerajaan mengeluarkan aturan keras melarang warga muslim atau orang melayu untuk makan siang di tempat-tempat makan selama bulan Ramadhan.Â
Seorang perempuan muslim atau melayu yang tidak berpuasa karena sedang berhalangan pun tidak boleh makan di tempat, kecuali dibawa pulang. Jika ini dilanggar maka polisi kerajaan akan menjatuhkan denda baik kepada pembeli maupun penjualnya.