Dalam pembelian reksadana, kita bisa membeli secara berkala. Yaitu, jika kita bekerja sebagai karyawan yang sebulan sekali "gajian", gaji kita tersebut bisa secara rutin dilakukan autodebet dari tabungan yang kita miliki.
Untuk nilai autodebetnya sendiri bermacam -- macam mulai dari Rp 100.000,-. Selain itu, investasi reksadana syariah berkala seperti "memaksa" kita para investor syariah untuk disiplin dalam menabung. Tentu saja tujuannya satu, yaitu untuk mendapatkan hasil investasi dimasa datang yang sesuai harapan dan In Shaa Allah Halal dan berkah.
Bagaimana dengan yang membeli sekaligus dan periodik? Apa kelemahannya?
Nilai sebuah NAB berubah -- ubah setiap harinya. Nilai keuntungan yang kita peroleh apabila kita membeli sekaligus (lump sum) atau secara berkala tergantung dengan NAB di hari pencairan.
Kelemahan dari cara pembelian reksadana syariah secara sekaligus adalah jika waktu yang digunakan untuk melakukan investasi kurang tepat dan investor tidak berorientasi jangka panjang, maka ketika harga reksadana syariah mengalami penurunan, kerugian yang dialaminya bisa lebih besar. Untuk itu, dari pengalaman para investor reksadana, pembelian secara sekaligus sebaiknya dilakukan oleh investor yang berorientasi jangka panjang dan siap menghadapi risiko penurunan harga.
Sedangkan untuk pembelian reksadana syariah secara berkala, kelemahannya adalah tidak melihat waktu. Jadi pada saat kondisi pasar naik ataupun turun, investor tetap fokus pada tujuan investasinya. Bisa jadi, dalam beberapa kesempatan investor mendapatkan harga NAB yang relatif tinggi sehingga tingkat keuntungannya kurang besar jika dibandingkan investasi sekaligus.Â
Unit yang didapatkan otomatis sedikit. Namun, tidak melulu rugi, nilai NAB yang berubah setiap harinya dan nilai investasi yang relative kecil setiap bulannya ini membuat kita lebih intens dalam mengatur "tabungan" pribadi dan yang pasti pada saat redemption/pencairan, nilai yang diperoleh hampir sama dengan  investasi reksadana secara sekaligus.
Oleh sebab itu, cara investasi berkala ini sebaiknya dilakukan oleh investor yang memiliki karakteristik pendapatan rutin seperti karyawan karena balik lagi pada tujuan awal yaitu "investasi sejak muda" dan kita "dipaksa untuk disiplin dalam menabung".
Astri P.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H