Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura sebagai seorang behavioristik, percaya bahwa perkembangan kognitif saja tidak cukup menjelaskan perilaku pada anak. Ia yakin, proses meniru juga berpengaruh terhadap perkembangan mereka. Namun Bandura juga merasakan bahwa kemampuan kognitif juga mempengaruhi proses belajar. Ini, terutama, ketika ia melihat eksperimen boneka Bobo, di mana anak memperlihatkan perilaku berbeda setelah diperlihatkan sebuah tayangan.
MenurutDalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan penting. Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.
Menurut Bandura, manusia bukanlah makhluk yang sekadar meniru apapun yang ia lihat, manusia bisa memilih perilaku apa yang ia pilih dan mana yang ia buang. Bandura menyempurnakan teori belajar sosial dengan menambahkan aspek perilaku dan kognitif. Manusia dapat meniru perilaku, namun ia juga punya kemampuan memilih dan memilah perilaku apa yang mau ia pelajari. Kecakapan memilah dan memilih inilah aspek kognitif yang dimaksud.
Sebagai kesimpulan, Bandura menyatakan bahwa teori belajar sosial adalah kombinasi dari lingkungan dan faktor kognitif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H