Buku "Aku Cerdas karena Tidak Bisa Matematika" karya Marlene R. Tanudjaja terdiri atas 8 bab. Pada setiap bab menjelaskan secara rinci tentang proses perjalanan Marlene saat masih duduk di bangku sekolah. Secara keseluruhan, menjelaskan tentang perjuangan hidup Marlene yang dapat sukses meski belajar di bawah tekanan karena memiliki kemampuan yang kurang dalam matematika.
Matematika itu sangat menakutkan bagi sebagian besar siswa, termasuk Marlene. Sehingga, siapapun yang menguasai dan mendapat nilai bagus pada matematika dianggap sangat hebat. Seseorang yang memiliki kemampuan matematika yang baik selalu diberikan keistimewaan dan diprioritaskan dalam segala hal.Â
Sementara Marlene selalu dianggap paling "lemah dan bodoh". Bukan hanya teman-temannya saja yang bersikap seperti itu, bahkan guru-gurunya pun selalu memberikan "perlakuan khusus" kepadanya. Perlakuan khusus tersebut secara tidak langsung membuat Marlene merasa semakin tidak bisa apa-apa. Dalam proses mengajarnya pun selalu ada perbedaan antara yang pintar matematika dengan yang biasa-biasa saja. Padahal setiap siswa memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda. Marlene selalu dikucilkan, dianggap remeh bahkan selalu dipermalukan di depan umum karena nilai matematikanya yang selalu rendah. Kejadian pedih itu terjadi hingga Marlene lulus jenjang SMP.
Saat Marlene telah bersekolah di salah satu SMA, ia berubah 180 derajat. Bukan menjadi lebih baik tetapi malah sebaliknya. Marlene melampiaskan seluruh rasa sakit yang pernah Ia alami kepada hal yang negatif. Semua ini dilakukannya karena ingin menunjukkan bahwa dia sudah letih dan lelah menjadi anak yang terus menerus ditindas oleh guru dan lingkungannya.Â
Marlene tumbuh menjadi anak yang memiliki luka batin. Perspektifnya terhadap guru memiliki nilai yang negatif. Beruntungnya dia, saat dia duduk di bangku SMA, gurunya sangat berbeda dengan gurunya di masa lalu. Lebih peduli dan sedikit demi sedikit membimbing Marlene agar bisa memaafkan masalalunya serta membantu Marlene untuk menggali potensi yang Ia miliki. Akhirnya, seiring berjalannya waktu Marlene pun dapat memaafkan masalalunya dan menemukan potensi yang selama ini dia cari.Â
Marlene memiliki kelemahan di bidang matematika tetapi memiliki kelebihan dalam menghafal. Setelah mengetahui kelebihannya tersebut, Marlene pun terus mengasah kemampuannya dan Ia pun bisa sukses dengan kemampuan di bidang yang ia miliki.
Marlene pun menulis tentang beberapa peran sekolah untuk perkembangan seorang siswa, diantaranya yaitu sekolah sebagai tempat berekspresi, sekolah sebagai tempat menemukan bakat, sekolah tempat belajar menghargai dan sekolah mengajarkan persahabatan. Selain sekolah, guru pun memiliki peran penting bagi perkembangan siswa diantaranya, guru sebagai pendidik, guru sebagai sahabat, guru sebagai pendukung dan guru sebagai sumber kecerdasan.
Tidak hanya sekolah dan guru, peran orangtua juga tidak kalah penting untuk perkembangan siswa, diantaranya orangtua sebagai pendidik, orangtua sebagai sahabat, orangtua sebagai pendukung, orangtua mengajarkan mandiri dan orangtua sebagai penentu masa depan anak.Â
Tentu saja benar, orang tua sangat memiliki peran penting dalam mendidik seorang anak. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang seorang anak. Jika orangtua telah mendidik anaknya di rumah dengan baik, maka saat di sekolah pun anak tersebut akan baik. Sebaliknya jika didikan di rumahnya tidak sesuai, tak jarang di sekolahnya pun ia akan menjadi anak yang tidak di harapkan. Karena orangtua sangat berperan penting dalam tumbuh kembang anak.
Buku ini sangat berguna bagi semua kalangan, karena banyak sekali pelajaran dan motivasi, sesuai dengan paparan di atas. Cerita yang disajikan lebih terasa oleh pembaca, karena didasarkan atas pengalaman dari seorang penulis yaitu Marlene Tanudjaja.
Sampai saat ini, beliau bisa meraih gelar S2 di Australia berkat kegigihan dan perjuangannya untuk bangkit dari keterpurukan akibat perlakuan yang tidak adil dari teman, guru serta lingkungannya, karena dia tidak bisa matematika. Ada beberapa bahasa asing yang mungkin hanya sebagian orang yang dapat mengetahui artinya. Tetapi hal tersebut tidak terlalu mempengaruhi pembaca dalam memahami artinya, dan tetap terkalahkan oleh isi ceritanya yang mengesankan.