Mohon tunggu...
astrijuwita
astrijuwita Mohon Tunggu... Mahasiswa - traveler, praktisi pendidikan, penulis

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Akasia Tentang Sepasang Tua

13 September 2024   15:42 Diperbarui: 13 September 2024   15:43 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tak pernah peduli dengan apa yang ada di sekitarku. Bertahun aku bertahan dengan semua sepi dan ramai yang menghujaniku. Air langit dan matahari memberiku kehidupan hingga aku tumbuh hingga sampai saat ini. Setiap hari aku melihat orang-orang melewatiku, ada bersandar padaku, ada yang menyayat tubuhku, tapi yang bisa aku lakukan adalah tersenyum pada mereka dan semakin lama, aku sangat senang bisa meneduhi mereka.

Hari ini matahari begitu menyengat di atas kepalaku. Hamparan kawan-kawan kerdilku tersenyum bahagia dengan sengat matahari itu, sejujurnya begitu pun aku. Dari kejauhan aku melihat Ada sepasang tua yang berjalan menuju ke arahku. Wajahnya cukup familiar, tapi aku terlalu banyak menemui banyak orang yang berlalu lalang kemari sehingga aku tak ingat pastinya kapan aku pernah melihatnya. Kuperhatikan hingga jaraknya dekat denganku, ternyata mereka memilih untuk berteduh ditubuhku. 

Ini adalah bagian yang aku suka. Mereka membutuhkan aku dan aku siap untuk meneduhi mereka. Kupandangi wajah sepasang tua itu penuh tawa sambil memandang mata satu sama lain aku melihat ada Cahaya kilat seperti Pelangi yang terpancar dari matanya. Waw.. apa itu? Tanyaku dalam hati.  

Si pria tua membelai wajah wanita tua dan menyandarkan kepala wanita tua itu di bahunya. Wanita tua memeluk tangan si pria tua itu dengan erat. Angin yang berhembus cukup bisa membelai rambut Wanita yang hanya sepanjang bahu. Wanita itu mengernyitkan keningnya dengan mata setengah tertutup, dan senyumannya Manis sekali. Jika ku pandang-pandang, Wanita ini sepertinya campuran Indonesia dan eropa, Matanya dan hidungnya yang khas, serta bibir mungil, dan aku bisa melihat gigi gingsul yang manis saat dia tersenyum. Aku jadi membayangkan kecantikannya saat wanita itu belum berambut putih, pasti cantik sekali.

Aku mendengar suara pria tua berkata pada kekasihnya itu, "Sayang, lihatlah jauh di kota itu, banyak orang-orang yang sedang menempuhi kehidupan. Mengerjakan segala kewajiban dan tugas-tugas yang semestinya mereka lakukan demi diri mereka sendiri dan orang yang mereka sayangi." pria itu berkata sambil memegang dan mengusap tangan Wanita yang memeluk erat tangan kirinya itu. Wanita itu tersenyum manis, dan aku bisa melihat gingsul manis di sisi bibir mungilnya. "Sayang, terima kasih ya sudah berjalan denganku sejauh ini. 

Aku ingat saat pertama kali memintamu kepada orang tuamu. Orang tuamu tidak setuju. Aku pernah stress dan tak tau harus bagaimana. Jalan yang pernah kau tempuh sangat berbahaya dengan memilihku. Kau bisa kehilangan keluarga yang telah membesarkanmu. Tapi jalan itu kau tempuh demi aku. 

Akhirnya kita Bersama melalui hari-hari yang tak mudah. Kita memiliki buah hati yang hebat. Mereka sekarang sudah sukses dan memiliki keluarga yang Bahagia. Semua tak lepas dari tanganmu yang hebat ini." Lalu pria itu mencium kening wanita yang tengah bersandar di Pundak pria kesayangannya itu.

"Sampai hari ini selalu aku tetap ingin meminta maaf kepadamu. Tahun-tahun Bersama aku tak tahu apa yang harus lakukan. Aku seperti terkurung di dalam waktu yang fana berjalan tanpa arah. Kau tetap membesarkan anak-anak kita dengan cinta dan kasih sayangmu. Kau pun masih menerima aku dan menyayangi aku. Kau tahu sayang, aku selalu berpikir mungkin katamu benar yang selalu kau katakan dulu. Kau memang bidadari yang terjatuh ke bumi ini. Bagaimana aku seberuntung ini mendapati bidadari di pelukanku." Lanjut pria itu

Aku lihat Wanita itu meneteskan air mata dari sudut matanya, yang sesekali terbawa oleh angin. Senyuman wanita itu terlalu indah buatku. Wanita itu semakin erat memegang lengan pria tua itu. Pria tua itu melanjutkan kata-katanya, "Terima kasih semesta, kau berikan bidadari ini untukku. Melihat ketegaranmu aku tak pernah bisa mengatakan apa-apa kepadamu selain AKU AKAN SELALU MENCINTAIMU, SAMPAI KAPANPUN.

Akhirnya aku mendengar suara wanita manis itu berkata. "Dari pertama aku memilihmu, aku tak pernah mengerti alasan mengapa aku mencintaimu. Sebelum kita memutuskan akhirnya hidup Bersama, berbagai masalah yang kita hadapi aku juga tidak pernah tau mengapa aku bisa memaafkan dan menerimamu Kembali. Padahal kau tahu aku wanita yang keras. Tapi denganmu, aku menjadi wanita yang lain daripada saat aku sendiri. Entah kenapa aku juga tak tahu, aku selalu percaya bahwa kau mencintaiku. Hingga hari ini pun fisik kita berubah. Tapi perasaanku tak pernah berubah sekalipun kesal dan kecewa kadang datang menghampiri. Tapi itu bukan alasanku untuk meninggalkanmu. 

Aku biarkan semua ketidakmengertianku itu yang pasti aku selalu Bahagia saat itu adalah KAMU. Terima kasih sayang, kau selalu bersamaku. Terima kasih telah menjadikan aku wanita yang bahagia pada akhirnya. Aku bahagia kita sudah melewati badai kehidupan yang mendera ini dan kau tetap bersamaku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun