Siapa sih yang nggak butuh kuota di hari gini? Jawabnya nggak ada. Karena semua orang butuh kuota, mengingat saat ini sedang pandemi, yang mengharuskan #workfromhome, #schoolfromhome dan #stayathome.
Awal ditetapkannya lock down, bulan Maret, saya mengandalkan kuota. Minta ampun semua terasa boros karena saya harus isi kuota sendiri, suami sendiri dan anak-anak pun sendiri.
Kalau ngandalin tethering dari kuota anak sebenarnya bisa. Tapi akan memperlambat jalannya sekolah daring.
Belum lagi, lama kelamaan kebutuhan Zoom, Teams, Google Meet begitu cepat menyedot kuota. Akhirnya, saya pun stop beli kuota. Saya ganti pasang WiFi di rumah.
Pasang WiFi sudah berjalan beberapa bulan. 15 orang bisa memanfaatkan WiFi di rumah, asal saya kasih passwordnya. Tapi prakteknya cukup 4 orang yang pakai. Plus TV yang channelnya bisa ratusan.
Kalau pas keponakan atau adik main ke rumah, saya anjurkan untuk connect ke WiFi biar irit kuota.
Tapi namanya rejeki nggak kemana. Satu bulan lebih, saya yang jarang beli pulsa, eh tiba-tiba dapat kiriman pulsa. Dari sekolah anak, dan dari seorang teman.
Minta ampun, pulsa saya kini ratusan ribu. Dan belum pernah saya pakai. Sayang banget, provider yang saya gunakan tidak ada layanan transfer pulsa seperti provider nomer suami atau anak. Jadi gini deh, pulsa saya numpuk.
Rejeki nggak berhenti disitu. Beberapa hari lalu, sulung saya, dapat kiriman 50GB dari Kemendikbud. Dan beberapa hari lalu pula, saya juga wajib ngisi list nama anak bungsu saya, untuk antri dapat jatah kuota dari Kemendikbud.
Dulu saja, sebelum pasang WiFi, kuota kurang-kurang. Eh, sekarang, kuota dan pulsa berlimpah-limpah. Anak saya bilang, lambah-lambah (meluber).
Bahagia memang sederhana. Pulsa dan kuota berlimpah, sudah bisa membuat senyum saya semakin lebar.
#mujizatitunyata #pulsaku #kuotaberlimpah #bersyukur #bahagia