Hari ini 30 September, dulu yang saya ingat adalah dilaksanakannya rutinitas pemutaran film yang katanya isinya Sejarah ( Sengaja Diarah-arahkan ). Walau takut dan miris tapi toh tetap saja ketika kecil saya tak pernah ketinggalan menonton film itu, entah apakah itu yang dikatakan sebagai candu tayangan atau lebih tepat disebut dengan rasa penasaran seorang anak kecil terhadap sebuah peristiwa yang kemudian disebut Sejarah. Rasa empati selalu mengalir setiap kali saya menonton tayangan itu. Ada rasa bangga dan juga kasihan terhadap para Jendral yang menjadi korban, serta rasa syukur yang terasa dalam hati karena Ayah saya bukanlah seorang aparat apalagi Jendral hahahaha.... *pikiran polos anak kecil*
Walau sudah tidak ditayangkan kembali, namun setiap tanggal 30 September masih terasa sebagai sebuah tanggal yang tidak biasa. Tapi tahun ini saya tidak merasakan itu. Beberapa berita yang saya baca pun tidak ada yang menyinggung tanggal bersejarah ini, semuanya masih membahas Tarakan, Bentrok Ampera, Kapolri yang baru, dan kini yang sedang HOT dugaan bom di sebuah pasar oleh pengendara sepeda onthel. Dulu, saya pikir setelah tidak ditayangkannya tayangan rutin itu, akan ada pembahasan atau pelurusan sejarah bila memang itu dikatakan salah. Apakah itu sudah ada?? karena jujur saya belum mendengarnya hingga sekarang. Mungkin tak ada kepentingannya buat saya yang tidak bersentuhan langsung dengan peristiwa itu, namun bukankah Bung Karno pernah bilang bahwa "Jangan Sekali - kali melupakan sejarah" dan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya". Apakah para Jendral itu bukan lagi seorang pahlawan?? sudah dicabutkah mereka dari daftar pahlawan negeri ini?? kenapa kebenaran peristiwa berdarah itu terasa mengambang?? tidak pentingkah untuk dibahas?? padahal peristiwa tersebut telah memakan banyak korban, membuat suasana kala itu menjadi mencekam, setiap orang merasa tak nyaman walau dirumah sendiri, adakah yang tahu perkembangannya?? saya ingin tahu bagaimana akhirnya.
Berbicara 30 September,hari ini saya mendapatkan berita baru seputar peluncuran situs srimulyani.net. Saya sudah mengunjungi situs yang rencananya akan diluncurkan sore ini jam 4 di Hotel Nikko. Awalnya saya kira ini adalah situs resmi Sri Mulyani tapi ternyata bukan. Sri Mulyani dijadikan ikon situs ini karena keberanian Beliau dalam menjalankan tugasnya sebagai Abdi Masyarakat. Saya sangat mengagumi Beliau sejak Beliau pertama kali muncul, saat itu saya masih SMP. Cara Beliau bicara di depan media sebagai pengamat ekonomi sangat lancar dan terlihat betul penguasaan Beliau akan dunia yang digelutinya. Setiap ada wawancara eksklusif yang dilakukan oleh media baik cetak maupun elektronik tidak pernah ketinggalan untuk saya simak, walau kadang saya tidak begitu mengerti dengan istilah - istilah perekonomian, saya bukan orang ekonomi, saya cuma Mahasiswa Komunikasi.
Saya tidak pernah berhenti mengagumi Beliau, hingga detik ini. Kasus Century yang menyudutkannya, saya anggap sebagai bagian dari sandungan terhadap karir Beliau. Saya tidak tahu pasti apa Beliau terlibat atau tidak, saya hanya meyakini kalau Beliau telah melakukan apa yang harus dilakukan. Termasuk sikap tegas Beliau terhadap Pengusaha Abu Rizal Bakrie, itu juga adalah bukti kalau Beliau telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Ada banyak sederet prestasi, ada banyak sederet pujian, dan ada banyak pula sederet cacian. Sikap Beliau yang memutuskan untuk mundur dari kabinet dan mendedikasikan diri ke Bank Dunia menjadi pertanyaan tersendiri buat saya. Bila masyarakat bertanya "inikah pelarian Sri Mulyani dari kasus Century?" maka pertanyaan yang ada di dalam hati saya adalah "Apa yang beliau bawa di dalam benak dan hatinya dari apa yang telah terjadi?? dan apakah Beliau tahu bagaimana jadinya kasus Century dan Pajak Bakrie setelah Beliau pergi? Apa Beliau telah melakukan apa yang seharunya dilakukan??".
Situs srimulyani.net hadir dengan upaya mengkaji dan mengutamakan etika publik dengan mengusung Sri Mulyani sebagai ikonnya. Sebuah situs yang lahir karena kekecawaan terhadap etika publik yang masih jarang ditemui dalam kegiatan politik Indonesia. Lepas dari itu semua, saya tetap salut pada Sri Mulyani atas ketangguhannya, kecerdasannya, setiap gagasannya, dan keteguhan prinsipnya, semoga suatu hari nanti Beliau akan kembali ke Negeri ini seperti janjinya "I'll be back". Tapi ngomong - ngomong peluncuran situs itu sengaja dipilih tepat tanggal 30 September agar menjadi sebuah sejarah, atau karena memang iseng saja?? heehehe....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H