Mohon tunggu...
Astrid Athina
Astrid Athina Mohon Tunggu... -

Because we are born to speak out!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resensi Novel: Burung Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya

5 April 2012   14:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:59 5639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13336362781757151125

Sikap Teto terhadap Konflik Batin yang Dialaminya

Siapa saja dapat mengalami deraan konflik batin dalam hidupnya. Tidak memandang usia dan jenis kelamin. Tua, muda, pria, dan wanita semua bisa saja mengalami konflik batin. Begitu juga dengan apa yang dialami Teto. Dalam novel Burung – Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya diceritakan bahwa Teto dihadapkan dengan berbagai konflik batin. Oleh karena itu, esai ini ditulis untuk membahas lebih dalam tentang bagaimana sikap Teto terhadap konflik batin yang dialaminya.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa konflik memiliki arti percecokan, perselisihan, dan pertentangan. Lalu kata “batin” berarti yang terdapat dalam hati dan jiwa. Dengan jabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik bati  memiliki arti sebagai berikut: konflik yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih individu sehingga mempengaruhi tingkah lakunya.

Masa kecil Teto merupakan masa penuh kebahagiaan. Sebagai anak tunggal dari pasangan Letnan Barjabasuki dan Maurice, kasih sayang kedua orang tuanya kepada Teto seakan tak pernah habis. Ayahnya lulusan Akademi Breda di Belanda dan keturunan keraton. Sedangkan ibu Teto sendiri ialah keturunan Indo – Belanda sehingga bisa dikatakan bahwa keluarganya memang mengabdi pada pihak Belanda. Latar belakang keluarganya menjadi salah satu alasan konflik batin yang dialami Teto.

Ya, kedatangan pasukan Jepang memang merubah hidup Teto dan keluarganya untuk selamanya. Belanda yang selama ini dipuja – puja hanya mampu memperlihatkan kekalahan dirinya dengan cara yang sangat memalukan. Dengan begitu cepat, Jepang mampu menguasai segalanya.

“Dunia-serba-gemilang kami telah cepat runtuh. Jepang datang. KNIL kalah dan bubar.”

(Mangunwijaya 2004:25)

Bagi Teto, semua itu adalah peristiwa yang mencengangkan. Jepang telah menghancurkan mimpi – mimpi serta masa depannya. Jepang juga telah mengalahkan Belanda yang menjadi kebanggaannya selama ini.

“Dan, semakin terpencillah seluruh jiwaku kepada yang berbau Jepang... Sejak itu, aku bersumpah untuk mengikuti jejak Papi: menjadi KNIL.”

(Ibid 2004:34)

Selain itu, diceritakan pula bahwa Letnan Barjabasuki dan istrinya, Maurice, tertangkap pihak Jepang di Jakarta. Maurice dihadapkan pada pilihan yang sangat pelik. Memilih nyawa suaminya melayang atau dirinya dijadikan gundik kempetai. Pilihan terakhir itulah yang dipilih oleh Maurice untuk menyelamatkan sang suami. Dengan berat hati dan sesal yang teramat dalam, akhirnya Maurice bersedia menjadi gundik Jepang. Ia mengalami depresi yang sangat berat akibat tekanan psikologis yang dilakukan oleh Jepang.

Setelah Indonesia diproklamasikan, Jepang kabur. Tak lama kemudian, Belanda kembali masuk ke Indonesia. Dengan rasa percaya diri yang amat tinggi, Teto langsung bergabung dengan tentara KNIL. Apalagi diceritakan pula bahwa Teto amat menggebu-gebu untuk mengalahkan Jepang. Lewat bantuan Mayor Verbruggen, Teto bisa diterima di kesatuan tentara Belanda. Dalam kurung waktu dua bulan, ia sudah menjadi komandan patroli dengan pangkat letnan dua. Lewat informasi Mayor Verbruggen diketahui bahwa Barjabasuki ternyata masih hidup. Namun, ibu Teto belakangan diketahui sudah tak waras lagi dan mendekam di rumah sakit jiwa. Teto sendiri juga yakin dengan pilihannya bergabung dengan Belanda tersebut. Maka, itulah keputusan yang diambil Teto. Keputusan yang dianggapnya mampu membalaskan dendamnya terhadap Jepang.

Konflik batin yang sebenarnya dialami Teto ialah kebingungannya untuk memilih antara Belanda dan Indonesia. Disatu sisi, ia ingin bergabung dengan Belanda karena ia mampu membalaskan dendamnya untuk menang dari Jepang. Pasukan Belanda sendiri memiliki berbagi senjata yang modern untuk melawan Jepang. Tetapi, Teto juga tidak mau dianggap sebagi penghkhianat bangsanya sendiri.

“Maaf, Anda keliru alamat menamakanku aku budak Belanda. Bagiku Nica hanya sarana seperti Republik bagi mereka sarana juga”

(Ibid 2009 : 57-58)

Di dalam benakknya, Teto yakin bahwa Indonesia belum siap sepenuhnya untuk merdeka. Rakyat Indonesia pada zaman itu berperang hanya menggunakan bambu runcing, sedangkan Belanda dan Jepang memiliki berbagai senjata yang memadai untuk bertempur. Ia yakin pada pendiriannya bahwa bergabung bersama Belanda merupakan pilihan yang terbaik untuk mengalahkan Jepang.

“Orang – orang Indonesia belumg matang untuk merdeka. Aku tahu tidak pernah manusia matang untuk menangani hidupnya sendiri pun. Tetapi suatu saat kita harus memilih pihak. Dan aku memilih Belanda karena aku yakin ketika itu, bahwa tidak sebandinglah korban akibat ketidak dewasaan dengan keuntungan yang akan dicapai.”

(Ibid 2004:57)

“Ayahku dan aku dan Mami jauh lebih merdeka jiwanya dari kaum Soekarno yang menghipnotisir massa rakyat menjadi histeris dan mati konyol hatinya karena mengandalkan bambu runcing belaka melawan mustang – mustang dan meriam – meriam Howitser yang pernah mengalahkan tentara Jepang.”

(Ibid 2004:57)

Setelah Belanda gagal melancarkan adu politik di Indonesia, Teto memutuskan untuk meninggalkan negeri yang telah membesarkannya itu.“Ia lari, barangkali karena tidak kuat menghadapi situasinya, menghadapi konflik batin antara nafsu membalas dendam ayah dan ibunya dan perasaan terhadap dia, Atik.” (Ibid 2004:143). Teto berangkat ke Amerika. Disana ia melanjutkan studinya di sebuah universitas ternama, Harvard, hingga membawanya menjadi seorang pakar komputer. Setelah tamat kuliah dan berhasil meraih gelar doktor, ia bekerja di Pacific Oil Wells Company. Tak lama kemudian, Teto mengetahui adanya kecurangan dalam perhitungan komputer yang dilakukan perusahaannya terhadap pemerintah Indonesia. Hal ini sungguh merugikan Indonesia. Konflik batin kembali melanda Teto. Akhirnya, ia bertekad untuk kembali ke Indonesia dan membongkar semua manipulasi itu meskipun jabatannya menjadi taruhan.

Konflik batin yang dialami Teto memang membuatnya dilanda kebingungan. Namun Teto sebisa mungkin bersikap secara “fair” dan berfikir secara rasional. Konflik batin pertama yang dialami Teto adalah kebingungannya untuk memilih antara Indonesia atau Belanda. Ia bersikeras tidak mau dicap sebagai pengkhianat bangsanya sendiri, tapi di sisi lain ia sangat menggebu – gebu untuk mengalahkan Jepang. Teto tahu betul bahwa bergabung dengan Belanda mampu membuatnya membalaskan dendam kedua orang tuanya karena Belanda kaya akan senjata – senjata canggih sedangkan rakyat Indonesia berperang dengan Jepang hanya dengan menggunakan bambu runcing.

Lalu, konflik batin kedua yang dialaminya adalah kebingungannya untuk menguak kecurangan yang dilakukan perusahaan Oil Wells Company terhadap Indonesia. Jika ia tidak kembali ke kampung halamannya, maka ia juga merasa tercurangi.

Bisa kita ketahui bersama bahwa Teto ialah sosok yang berani mengambil keputusan. Ia mengambil sikap yang sangat berani untuk mengatasi konflik batin yang dialaminya. Sikap – sikap yang dilakukan Teto kebanyakan bertolak belakang. Tak jarang terkadang sikapnya yang terlalu berani itu malah menjerumuskannya.

Daftar Pustaka:

·http://rohadieducation.wordpress.com/2007/09/12/konflik-batin/

·http://books.google.co.id/books?id=Bq8caP8yvqwC&pg=PA305&lpg=PA305&dq=konflik+batin+teto&source=bl&ots=TK2V9cfs2A&sig=h9qkb5vjDdBI-pqA7MSfJ48zGOE&hl=id&ei=lZ2hTpazHsi3rAfPm5XYAg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CCEQ6AEwAQ#v=onepage&q=konflik%20batin%20teto&f=false

·http://papuj.blogspot.com/2011/02/tema-yang-terkandung-dalam-novel-burung.html

·http://ramlannarie.wordpress.com/2011/03/30/sinopsis-burung-burung-manyar-yb-mangunwijaya/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun