Berdasarkan data Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia pada saat itu mencapai 237,6 juta jiwa. Jumlah ini menempatkan Indonesia pada urutan ke-4 penduduk terbesar di dunia. Di urutan pertama adalah Cina dengan 1,3 milyar jiwa, diikuti oleh India 998,1 juta jiwa serta Amerika 276,2 juta jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,49% per tahun. Dengan demikian pada tahun 2045 mendatang diperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 450 juta jiwa. Hal ini berarti dalam setiap 20 penduduk dunia akan ada 1 penduduk Indonesia. Mengerikan bukan?
Dari total jumlah penduduk Indonesia, sepertiganya atau sekitar 30 % merupakan kelompok umur remaja (10-24 tahun). Di mana remaja merupakan masa depan sebuah bangsa. Kuantitas remaja yang besar tidaklah menjamin keberhasilan sebuah bangsa tanpa diimbangi oleh kualitas yang baik.
Bahkan yang  sering terjadi adalah kuantitas remaja yang besar bisa menimbulkan masalah yang besar bagi bangsa jika tidak diimbangi oleh perbaikan kualitas. Beberapa masalah yang dihadapi remaja seringkali terjadi pada masa transisi. Yaitu masa perkembangan dari masa anak-anak menuju masa remaja hingga nantinya menjadi dewasa.
Berbagai permasalahan yang sering dihadapi diantaranya :
·Seks bebas
·Pernikahan dini
·Penyalahgunaan NAPZA
·Penyakit seksual menular seperti HIV AIDS
Banyak orang tua yang menganggap bahwa anak jika sudah besar sudah mudah mengurusnya. Sehingga ada banyak orang  tua yang justru mencari kesibukan sendiri karena merasa anak-anak mereka sudah bisa ditinggal dan bisa mengurus dirinya sendiri.
Padahal sesungguhnya semakin anak bertambah usia, yang mereka perlukan adalah teman bicara. Keberadaan orang tua sangat diperlukan dalam hal ini agar anak tidak mendapatkan teman bicara yang salah. Tidak dipungkiri bahwa masa remaja adalah masa yang rentan karena di saat inilah anak sedang mencari jati diri.
Jika anak tidak ditunjukkan pada jalan yang benar oleh orang tuanya, maka anak akan mencari teman bicara lain yang mereka anggap bisa mengerti dirinya. Sementara itu ketiadaan orangtua sebagai sahabat dan teman bicara anak bisa saja tergantikan oleh teman-teman anak sesama remaja lainnya.
Masalahnya adalah yang menjadi teman bicara atau sahabat anak ini adalah juga remaja yang masih mencari jati diri. Mereka belum tahu bagaimana sebab akibat dan konsekuensi yang harus mereka jalani atas perbuatan yang mereka lakukan. Beruntung jika anak-anak kita mendapatkan teman bicara yang baik.
Bagaimana kalau anak-anak kita mendapatkan teman bicara yang tidak baik dan justru membawa pengaruh negatif pada mereka? Tentu saja sesal kemudian tidak akan ada gunanya bagi para orang tua jika melihat anak-anaknya sudah terlanjur terjerumus pada kehidupan negatif.
Beda halnya jika orang tua bisa menjadi sahabat anak. Pengalaman hidup orang tua dan kedewasaan berpikir orang tua bisa memberikan jalan hidup terbaik bagi anak. Apalagi orang tua memiliki hubungan batin yang sangat kuat dengan anak. Itu sebabnya keberadaan orang tua sangat diperlukan untuk mendampingi generasi bangsa agar mereka bisa menjadi generasi yang berkualitas.
Permasalahan remaja ini bukan saja menjadi tanggung jawab keluarga saja. Karena remaja adalah generasi penerus bangsa, maka sudah sewajarnya jika pemerintah membantu untuk mengatasi berbagai permasalahan remaja untuk mendapatkan generasi yang berkualitas.
Masalah remaja sebenernya merupakan lingkaran setan yang harus kita putus. Anak-anak yang bermasalah biasanya lahir dari keluarga dengan orang tua yang bermasalah. Para orang tua yang bermasalah ini bisa jadi dulunya merupakan remaja yang bermasalah. Oleh karena itu kualitas sebuah keluarga sangat diharapkan untuk menghasilkan generasi berkualitas.
Selain itu pendidikan karakter yang diberikan oleh orang tua juga sangat mendukung dihasilkannya generasi remaja yang berkualitas dan berkarakter baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan karakter yang baik sangat dibutuhkan untuk mendukung adanya generasi yang memiliki rencana baik.
Program Generasi Berencana (Genre) merupakan sebuah program dari BKKBN yang sengaja dikembangkan guna menyiapkan remaja untuk memiliki perencanaan dalam kehidupan berkeluarga. Genre sendiri diartikan sebagai remaja yang memiliki pengetahuan serta bertindak dan berperilaku sebagai remaja yang memiliki perencanaan dalam hidupnya.
Sebenarnya Genre bertujuan untuk memfasilitasi remaja supaya mereka bisa belajar memahami dan mempraktekkan perilaku hidup sehat lahir dan batin. Sehingga nantinya bisa tercipta generasi berkualitas yang berakhlak dan berkarakter baik.
Sasaran dari program Genre ini adalah:
·Remaja berusia 10-24 tahun dan belum menikah
·Mahasiswa yang belum menikah
·Keluarga yang memiliki anak remaja
·Masyarakat yang peduli pada masalah remaja.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan remaja yang ada, BKKBN telah membuat berbagai kegiatan dalam program Genre. Kegiatan tersebut diantaranya adalah :
1.Pusat Informasi dan Konseling remaja (PIK)
Ini merupakan wadah yang memberikan pelayanan informasi maupun konseling tentang kesehatan reproduksi.
2.Bina Keluarga Remaja (BKR)
Ini adalah kegiatan yang dilakukan guna meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku orang tua remaja yang nantinya diharapkan bisa meningkatkan perkembangan kehidupanremaja.
3.Genre Goes To School
Merupakan sosialisasi generasi berencana ke sekolah-sekolah. Dalam kegiatan ini sekaligus menjadi ajang promosi penundaan perkawinan dan hidup sehat. Di mana dalam kegiatan ini juga diberikan pengetahuan tentang penyakit seksual menular, kesehatan reproduksi dan usia perkawinan yang ideal yaitu minimal 21 tahun .
Berdasarkan progress report World Bank, Transisi kehidupan remaja di bagi dalam 5 masa yaitu :
1.Melanjutkan sekolah
2.Mencari pekerjaan
3.Memulai kehidupan berkeluarga
4.Menjadi anggota masyarakat
5.Mempraktekkan hidup sehat
Tentu saja untuk melalui kelima masa transisi ini remaja sangat memerlukan bimbingan orang tua. Bagi orang tua sendiri, jangan pernah biarkan anak-anak kita berjalan sendiri dan akhirnya menemukan teman yang salah. Jika kita bisa menjadi teman yang baik bagi anak-anak kita, maka itu artinya kita sudah berbuat sesuatu yang besar bagi bangsa ini.
Anak-anak yang dibesarkan dengan karakter yang baik tentu akan bisa merencanakan hal-hal yang baik bagi kehidupan mereka nantinya. Begitu juga sebaliknya. Pendidikan karakter yang buruk akan menghasilkan remaja tanpa rencana kehidupan. Dan biasanya remaja yang seperti ini nantinya akan menjadi buruk serta menghasilkan generasi yang buruk pula.
Peran serta keluarga dalam hal ini orang tua sangat diperlukan dalam program Generasi Berencana ini. Dengan program Genre ini maka ledakan jumlah penduduk bisa diatasi dan dihasilkan generasi yang berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H