Mohon tunggu...
Astrid Damayanti
Astrid Damayanti Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Saintek UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Hobi membaca, baik membaca buku maupun membaca fenomena semesta. Saya juga suka sekali traveling dan menikmati kuliner dimana tempat yang saya kunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tindakan Menangkal Bahaya Radikalisme dan Terorisme di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Ribath Al-Maliki 1 Tambakberas Jombang

26 Juli 2022   16:13 Diperbarui: 26 Juli 2022   16:20 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pandemi Covid-19, tentu membawa dampak yang tidak sedikit. Berbagai bidang terimbas oleh perubahan-perubahan kebijakan yang terjadi, termasuk di dalamnya adlaah perubahan perilaku pada masyarakat untuk mengakses informasi. Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dalam bidang pendidikan, utamanya menjadi sorotan khusus oleh Dr. Moch Fauzie Said, M.Si dalam kerentanan mengakses situs-situs pada internet oleh kaum millenial. 

Ahmad Syafii Maarif pernah menyatakan bahwa radikalisme lebih terkait dengan model sikap dan cara pengungkapan keberagamaan seseorang, sedangkan terorisme secara jelas mencakup tindakan criminal untuk tujuan-tujuan politik. Radikalisme lebih terkait dengan problem intern keagamaan, sedangkan terorisme adalah fenomena global yang
memerlukan tindakan global juga. Namun radikalisme kadang-kala bisa berubah menjadi terorisme, meskipun tidak semuanya dan selamanya begitu (Islam and the Challenge of Managing Globalisation, 2002).

Sekolah menjadi ruang yang terbuka bagi diseminasi paham apa saja. Karena pihak sekolah terlalu terbuka, maka kelompok radikalisme keagamaan memanfaatkan ruang terbuka ini untuk masuk secara aktif mengkampanyekan pahamnya dan memperluas jaringannya. Konsekuensi dari menguatnya dan tertanamnya paham-paham keagamaan radikal, banyak siswa yang pemahaman keislamannya menjadi monolitik dan gemar menyalahkan pihak lain. Karena paham keagamaan yang tertutup ini, maka paham kebangsaan mereka menjadi tereduksi dan menipis. Yang ironis, pihak sekolah banyak yang tidak peduli dengan paham-paham keagamaan yang diajarkan melalui kegiatankegiatan Rohis di sekolah. Hal ini mungkin karena mereka terlalu percaya akan independensi siswanya atau bisa jadi karena kelompok Rohis ini masuk ke kegiatan siswa ketika jam belajar sekolah sudah selesai. (Maarif Institute, 2013)

Hal ini pula yang menjadi perhatian Dr. Moch. Fauzie said, M.Si dalam kegiatan pengabdian kepada Masyarakat kali ini yang dilakukan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Ribath Al-Maliki Tambakberas Jombang, bagaimana menangkal bahaya paham radikalisme dan teririsme melalui media social (internet) yang sekarang ini menjadi semakin rawan di tengah perkembangan revolusi industry 4.0 dan masyarakat 5.0. ditambah lagi data dari BNPT pada tahun 2021 bahwa 85% generasi millennial rentan terpapar paham radikal. Kegiatan yang dilakukan pada 24 Juli 2022 ini dibuka langsung oleh pimpinan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Ribath Al-Maliki 1 KH. Fadlulloh Malik, M.HI. atau akrab dipanggil dengan Gus Fad. Gus Fad menyambut sangat baik kegiatan sosialisasi sekaligus sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, dalam hal ini yang dilakukan oleh alumni pondok pesantren Tambakberas-Jombang. 

"Sudah saatnya para santri diberikan pembekalan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi terutama perubahan yang terjadi terkait teknologi yang sangat erat berhubungan dengan kaum millenial", ujar Gus Fad.  "banyak sekali alumni dari Pondok Pesantren Bahrul Ulum yang sekarang menjadi orang sukses, Saya berterima kasih sekali kepada Mas Fauzie, karena beliau mengadakan acara sosialisasi seperti seminar ini di pondok Ribath Ribath Al-Maliki 1, sekaligus menjalin silaturahim dengan Pondok Pesantren Bahrul Ulum sebagai almamater, beliau dulu" lanjut Gus Fad.

Pada kesempatan ini, Fauzie sebagai Ketua Pengangabdian kepada Masyarakat menyampaikan bahwa Santri menjadi sasaran yang empuk bagi penyebar paham radikalisme, miskinnya pemahaman keagamaan yang kurang kuat nantinya yang dapat mempengaruhi seorang santri akan sangat mudah hanyut dalam paham-paham radikalisme yang bermuara pada aksi terorisme. 

Pada paparan yang diberikan, Fauzie menyampaikan bahwa karena begitu rentannnya seorang santri sehingga pondok pesantren perlu meningkatkan disiplin yang kuat dan memberikan bekal yang mengakar bagi seorang santri, terutama ketika seorang santri mulai mengenal dunia medsos (media sosial-online). Lebih lanjut dirinya mengatakan bahwa seorang santri itu harus mempunyai kesungguhan untuk menuntut ilmu di pondok dan berani untuk menolak ketika diajak untuk bergabung pada komunitas atau organisasi yang tidak jelas dan menuju kepada aliran radikal. 

Fauzie mengatakan dalam menuntut ilmu, seorang santri haru memperhatikan beberapa prinsip dasar agar mampu terbebas dari paham radikalisme yang disitir dari pendapat Rois'am PBNU (1979-1984) KH. Ali Maksum yaitu: (1) Paham betul dan yakin terhadap NU serta ajarannya; (2). Percaya secara sungguh-sungguh ajaran NU untuk diikutinya; (3). Segala perbuatan dan aktivitasnya berbasis pada nilai-nilai yg diajarkan oleh para ulama NU; (4). Berjuang di jalan NU; (5). Sabar dan tetep konsisten berjuang di jalan NU walaupun disaat situasi dan kondisi yang serba sulit, tidak menguntungkan baik secara politik, ekonomi dan sosial.

Pada penutupannya, Fauzie mengatakan bahwa seorang santri haruslah memegang pakem sesuai dengan huruf yang dikandung dalam tulisan santri yang dalam bahasa Arab, terdiri dari 5 huruf, yakni sin, nun, ta', ro', dan ya'. Huruf pertama "sin" yaitu salik ilal akhirot, artinya seorang santri itu berjalan menuju akhirat, yang kedua "nun" santri itu na'ibun anil ulama atau penerus ulama, huruf yang ketiga "ta'"santri itu yaitu taarikul ma'ashi (meninggalkan maksiat), huruf selanjutnya "ro'", yaitu roghibun fil khoirot, yaitu senang terhadap hal-hal yang positif, kebaikan, dan terakhir adalah huruf "ya'", yarjus assalama  fidunya wal akhiro , berharap selamat di dunia dan akhirat..

"Saya berharap ada kegiatan-kegiatan lain yang nantinya dapat dilakukan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum untuk membuka wawasan para santri tentang keilmuan dalam bidang yang lebih luas", ungkap Gus Fad sembari bersalaman dengan Fauzie sebagai ketua pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun