Penggunaan obat penghilang Rasa Nyeri yang Tidak rasional menimbulkan efek samping yang berbahaya
Obat pereda atau penghilang rasa nyeri sering menjadi sahabat orang dewasa untuk menghilangkan rasa sakit di tubuh. Sayangnya seringkali orang menjadi ketergantungan terhadap obat penghilang rasa nyeri dan mengalami overdosis hingga menyebabkan kematian. Â Menurut sebuah laporan baru yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), resep obat penghilang rasa sakit (painkiller) yang tidak tepat telah menyebabkan kematian 15.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun.
Dalam kasus kematian Michel Jackson dan beberapa kematian sederetan nama selebritis seperti Elvis Presley (1977), Anna Nicole Smith (2007) dan Heath Ledger, bintang film (2008) akibat penggunaan (kombinasi) obat yang berlebihan. Kematian akibat overdosis obat penghilang rasa sakit sekarang melebihi jumlah kematian overdosis gabungan heroin dan kokain. "Kematian oleh karena penyalahgunaan resep obat penghilang rasa sakit telah menyebabkan kematian 3 kali lipat lebih banyak sejak tahun 1999," kata Gil Kerlikowske, direktur National Drug Control Policy.Â
Pada hasil otopsi  Michael Jackson  disinyalir menggunakan di akhir hayatnya suntikan anti nyeri opioids. Pernafasan Jackson berhenti sepuluh menit sesudah disuntik Demerol. Dia mulai megap-megap, nafas tidak teratur dan semakin lambat dan akhirnya berhenti. Walau diberi pernafasan buatan usaha resursitasi tidak bisa menolong. (Tabloid The Sun, London 27/6). Kemudian  dalam beberapa bulan terakhir Jackson juga mengkonsumsi sejumlah obat seperti anti ansietas (Xanax), antidepresi,(Zoloft), anti nyeri narkotik lain (Oxycodone) dan beberapa obat lain yang tidak diketahui public.Â
Dalam kasus ini seseorang yang menggunakan 4 macam obat  dapat dikatakan sebagai polifarmasi, dimana dengan penggunaan berbagai macam  obat meningkatkan risiko interaksi antara obat dengan obat atau obat dengan penyakit. Populasi lanjut usia memiliki risiko terbesar karena adanya perubahan fisiologis yang terjadi dengan proses penuaan. Perubahan fisiologis ini, terutama menurunnya fungsi ginjal dan hepar, dapat menyebabkan perubahan proses farmakodinamik dan farmakokinetik obat tersebut.
Interaksi apa yang terjadi sehingga dengan penggunaan pereda nyeri dapat menyebabkan kematian, maka kita perlu mengetahui profil obat keempat obat tersebut.
Apa itu Demerol ?
Demerol (meperidine hidroklorida) merupakan obat golongan opioid yang memiliki mekanisme kerja yang hampir sama dengan morfin yaitu pada sistem saraf dengan menghambat kerja asetilkolin (senyawa yang berperan dalam munculnya rasa nyeri) serta dapat mengaktifkan reseptor, tertama pada reseptor mu, dan sebagian kecil pada reseptor kappa. Penghambatan asetilkolin dilakukan pada saraf pusat dan saraf tepi sehingga rasa nyeri yang terjadi tidak dirasakan oleh pasien. Onset obat ini termasuk cepat dimana efek dapat dirasakan setelah 15 menit obat dimasukkan dan memiliki durasi 2-4 jam. Demerol diindikasikan untuk penderita nyeri berat dan hebat serta nyeri yang berlangsung lama (misalnya: nyeri setelah operasi, nyeri karena infeksi saluran kencing bagian atas, nyeri karena kanker).
Demerol mampu menimbulkan efek penghilang nyeri yang sangat ampuh namun petidin juga dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius. Salah satu efek samping yang perlu diperhatikan oleh tenaga medis adalah ketagihan terhadap obat-obatan golongan narkotik dan timbulnya depresi pada sistem pernafasan. Efek samping petidin lainnya antara lain: pusing, merasa lemah, sakit kepala, perubahan suasana hati, agitasi, bingung, konstipasi, mulut mengering, berkeringat, gangguan penglihatan, gangguan jantung, mengantuk, mual, muntah, dan gangguan aliran darah. Penggunaan petidin juga dapat menimbulkan alergi dengan manifestasi seperti gatal, bengkak dan merah pada daerah suntikan, pembengkakan pada bibir, wajah, hingga terjadinya kesulitan pernafasan. Apabila overdosis akan terjadi lemah otot dan gangguan aliran darah akut.
Apabila pasien telah menggunakan demerol dalam jangka waktu lama dan atau dalam dosis besar, penggunaan demerol tidak boleh langsung diberhentikan secara tiba-tiba. Hal ini karena akan menyebabkan timbulnya efek withdraw, dimana akan terjadi gejala putus obat (sakau) seperti jantung berdebar, denyut nadi cepat, dan pernafasan menjadi tertekan, nyeri pada seluruh tubuh, rasa tidak nyaman.
Mengapa Demerol dapat menyebabkan kematian ?