Mohon tunggu...
Nia Kurniati
Nia Kurniati Mohon Tunggu... -

Si melankolis. Penikmat saus kacang, penikmat kabut di ketinggian, penikmat kata, penikmat kesendirian, penikmat segala hal tentang kamu....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan dan Lelaki yang Luka

17 September 2016   14:09 Diperbarui: 20 September 2016   13:25 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis saat pendakian Gunung Merbabu

"Dia sudah tak bisa menunggu. Dia memintaku untuk menikahinya, tapi keluargaku melarangnya karena ada suatu hal yang mengharuskan aku untuk menunggu dua tahun lagi agar bisa menikahinya"

Begitu curahan hatinya padaku malam itu. Dia banyak bercerita mengenai perpisahannya dengan perempuan itu. Aku cemburu? jelas aku cemburu. Namun aku sangat menikmati setiap kata serta desahan yang keluar darinya, dari mulut laki-laki yang luka. Bukannya aku berbahagia atas penderitaannya. Aku hanya ingin mendengar hal apapun darinya sekalipun itu sebuah luka di dirinya yang mampu membuat aku luka. 

Dia laki-laki yang sejak lima tahun lalu pernah singgah di  hatiku. Ya, hanya singgah!

"Aku sudah setia kepadanya selama tiga tahun, aku tak pernah berselingkuh bahkan hanya sebatas niat pun tidak pernah terbesit dalam pikiranku. Tapi ternyata pengorbananku terhadapnya tidak dihargai. Dia sudah tak bisa menunggu lagi"

Kembali dia tekankan perihal kisah yang membuatnya luka. Aku simak sebaik mungkin dari kata perkata. Aku tatap matanya lekat-lekat ternyata masih kutemukan cahaya cinta itu. Cahaya ketulusan cinta kepada perempuan itu.

Suasana restoran malam itu cukup ramai. Tetapi Kami saling hanyut di dalam luka. Dia hanyut di dalam lukanya, akupun hanyut atas lukanya serta lukaku juga. Dia bercerita sambil menghabisi beberapa batang rokok. Sedangkan aku berusaha mengabiskan sepiring nasi goreng di mejaku yang sebenarnya sudah hilang selera untuk menyantapnya. Aku lebih berselera menikmati luka di malam itu. 

Aku ingin menyantapnya dengan lahap luka-luka itu. Agar tak ada lagi perihal luka itu jika suatu saat semesta mengizinkan kami untuk bertemu kembali.

Jakarta, 11 September 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun