Mohon tunggu...
Lyfe

Soe Hok Gie Pasti Malu

28 Agustus 2015   21:27 Diperbarui: 19 September 2015   10:10 3794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama-tama, kenalkan saya yang masih bau kencur ini. Umur saya saat ini 17 tahun dan saya masih duduk di bangku SMA. Jujur, saya tidak pandai menggunakan kata-kata seperti Bapak Pramoedya Ananta Toer, atau lihai membuat kritik-kritik pedas seperti Soe Hok Gie. Yang saya tahu adalah saya harus menulis uneg-uneg saya tentang generasi sekarang--generasi saya, sebelum semua kekesalan yang saya rasakan memakan saya hidup-hidup.

Kedua, mengapa Soe Hok Gie? Karena, siapa manusia yang pernah mengenalnya--secara pribadi maupun lewat karya-karyanya--yang tidak kagum padanya? Beliau memang mempunyai kekurangan-kekurangan layaknya manusia biasa, tapi semangat perjuangannya untuk keadilan dan kemanusiaan begitu suci, begitu menggugah hati.

Seperti yang sudah para pembaca tebak, saya baru akhir-akhir ini membaca tulisannya Catatan Seorang Demonstran, sebuah catatan yang membuat saya begitu malu dengan diri sendiri dan remaja-remaja di sekitar saya. Bagaimana tidak? Di umur beliau yang masih sangat muda, bacaannya sudah begitu luas, begitu berbobot. Sedangkan remaja masa kini? Boro-boro baca biografi, mau baca saja sudah syukur alhamdulillah.

Saya tidak mengatakan bahwa seluruh remaja secara umum seperti itu. Tidak, saya tahu bahwa setiap harinya ada manusia-manusia muda yang sebaya dan bahkan lebih muda dari saya tengah dalam proses atau pun sudah berhasil mengharumkan nama negara. Akan tetapi pada kenyataan yang saya hadapi, saya dikelilingi remaja-remaja yang tidak punya moral, tidak punya rasa terima kasih.

Sekarang saya akan coba jabarkan contoh yang terjadi di sekeliling saya. Menjadi anak satu-satunya, saya menghabiskan sebagian besar hidup saya di sekolah-sekolah favorit. Meski begitu, tidak pernah saya menemukan seseorang yang bahkan mirip sedikit saja dengan sosok pelajar jaman dahulu. Semangat belajar mereka, kepandaian mereka dalam menghadapi permasalahan secara nyata, dan kepedulian mereka pada lingkungan. Tidak ada. Kalaupun ada, mereka akan dijauhi, dibilang aneh, dan tidak punya teman.

Ya, begitulah remaja masa kini. Terutama yang berada di kota-kota besar. Hidup mereka hanya untuk makan, cabut, dan update sosial media. Tidak ada peduli dengan negaranya. Ah, jangankan itu, peduli dengan golongan masyarakat yang kurang beruntung saja tidak.

Mengapa saya bilang begitu? Karena saya pernah menjadi bagian dari mereka. Apapun yang saya lakukan, hanya untuk dianggap keren, gaul, dan kekinian. Harus beli baju mahal agar terlihat keren? Nggak masalah. Harus pergi ke bar dan minum alkohol supaya tidak terlihat cupu? Lanjut terus. Harus menghabiskan uang sebanyak-banyaknya untuk main? Tentu saja. Apa saja demi dianggap anak 'gaul'.

Ironis sekali, bukan? Saya paham betul bahwa banyak orang yang masih sulit untuk sekedar makan sepiring nasi sehari. Tidak perlu jauh-jauh ke Gaza, orang-orang di daerah yang kini kekeringan karena musim kemarau mengalami nasib yang serupa. Sedangkan remaja ibu kota? Hm, tidak perlu dibahas lagi, ya.

Kemudian yang saya benci adalah ketidakpeduliannya. Sungguh, mereka (saya harap sekarang saya sudah tidak termasuk) adalah orang-orang yang apatis. Contoh saja, jika seseorang mengatakan di depan mereka "Wah, ternyata kita garam impor, lho" maka respon mereka adalah kaget, tidak percaya, dan seperti orang yang baru tahu. Karena mereka memang baru tahu.

Lucu sekali. Padahal setiap hari mereka gunakan waktu mereka untuk update tentang artis-artis luar negeri, tentang tren-tren fashion terkini, tapi tak pernah mereka menyentuh bacaan-bacaan, atau film-film yang jelas akan menambah wawasan mereka. Ketika ditanya "Kenal Soe Hok Gie?" Jawabnya tidak. "Pramoedya Ananta Toer?" Tidak. "Sapardi Djoko Damono?" Itu siapa? "Penemu lampu?" Steve Jobs. Ah, bercanda. Tentu saja mereka tahu almarhum adalah pendiri Apple Inc.

Karena, anak gaul mana yang belum pernah mencicipi produk buatan Apple?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun