Mohon tunggu...
Astralastra
Astralastra Mohon Tunggu... Lainnya - Daur baur

Manusia merdeka

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sonet untuk Euforia Bunyi

28 September 2024   00:17 Diperbarui: 28 September 2024   00:17 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Ouzhan Karata: https://www.pexels.com/photo/shadow-27624588/di 

.

.

Tangga nada itu dibuat seolah hidup dengan kenangannya
Menapaki relung terdalam, seseorang yang pernah kehilangan
Ada ruang hati yang tersisa, bagi nada untuk bercengkrama
Seolah menjadi ruang diskusi irama, kanal pribadi menyampaikan cerita
.

Kerling mata bagai cermin tua
Membuatku seolah terdiam tak ingin berbicara
Khusyuk pada rintihan yang melengking itu
Sebab musababnya akupun juga tak tau !
.
Kepada bunyi dan noktah yang belum berjanji
Kuluangkan waktu, untuk mengukur kedalaman
Apakah ada bunyi yang kau cintai
Selain lapuk waktu akan penantian yg menjadi sangsi?
.
Atau dari barisan rubaiat
Yang didendangkan penyair-penyair itu
Terdapat sungai dengan aliran yang hangat
Meratapi setiap sendu yang didawamkan rindu
.
O ternyata
Tak terasa tenggelam dalam rubaiat yang bersadur
Membuatku seolah tak bisa tidur
.
Dan piano mendendangkan kalipso
Dengan ikhlas kucoba menutup perlahan
Selepas mengkhatamkan album kedua bimbo
.

Keteguhan dipegang ufuk

Sebagai pembatas ruang dan waktu

Kematangan digenggam matahari

Yang rela tenggelam untuk terbit kembali.            Acep Zamzam Noor, Berguru Kepada Rindu. 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun