Mohon tunggu...
Astralastra
Astralastra Mohon Tunggu... Lainnya - Daur baur

Manusia merdeka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tuhan, Antara Negara dan Kesatuan

22 Agustus 2020   07:10 Diperbarui: 22 Agustus 2020   07:12 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

.

.

Tuhan
Diantara negara dan kesatuan
Menjelma konstitusi
Yang sedemikian berani
.
Pasal demi pasal
Adalah ayat yang turun dari kitab suci
Disampaikan nabi-nabi
Menjerat ketidaktahuan yang bebal
.
Semakin kesini
Pasal semakin dimainkan
.
Oleh orang-orang yang semakin
Goyah pada kepercayaan kepada tuhan
.
Asal muasal pasal
Sebab musabab waktu
Pasal semakin hadir
Membentuk aneka tafsir
.
Hukum seharusnya menjelma payung teduh
Pada oasis di pasir yang terik
Tetapi bukan jaring
Yang menyisir si besar dan si kecil
.
Adil adalah ketetapan yang tak goyah
Dan tak berkurang karena adanya kekuasaan
.
Politik hanyalah sebuah kendaraan
Tak beda dengan kendaraan yang kita tumpangi sehari-hari
Hanya politik adalah tentang lokomotif kapasitas banyak
Beda dengan kendaraan kita yang hanya perseorangan
.
Tuhan
Hadir diantara negara dan kesatuan
Merangkul semua alam dan dimensi
Saling merangkul satu demi satu
.
Di majelis tertinggi
Nirlaba dan suara
Tidak ada apa-apanya !
.
Serangkain nyaring pada bunyian
Mungkin nanti tersimpan pada museum
Mungkin nanti akan terlihat
Pada potongan film di labirin
.
Di majelis tertinggi
Nirlaba dan suara
Tidak ada apa-apanya !
.
Hidup di dunia ini
Bagai menenun benang pada simpul
Khatulistiwa yang tertuai
Hendak dibisikan hati pada rimbun intisari
.
Tuhan selalu hadir dan melihat
Daerah demi daerah yang berdoa
Atas nama hukum dan keadilan
Tuhan selalu hadir dan melihat
.
Tuhan selalu hadir dan melihat
Segala terik dan cuaca
Yang melangkah di bumi
Selagi memperjuangkan hukum
.
Hingga pada titik itu
Manusia adalah debu

.

"Perjuangan itu sendiri menuju ketinggian sudah cukup untuk mengisi hati seorang pria. Orang harus membayangkan Sisifus bahagia"

Albert Camus, Mitos Sisifus dan Kutipan Esai lainnya

.

https://astralastra.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun