Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tangis Keprihatinan Atau Tawa Keunggulan Keduanya Jalan Sukses

6 Februari 2015   18:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:43 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat Malam sahabat, khusus penggemar menulis ini ada catatan:

"Tangis Keprihatinan Atau Tawa Keunggulan, Keduanya Jalan Sukses"

Sebaris kata-kata diatas mau menunjukkan sebuah pilihan. Pilihan yang manapun mau menuju ketarget yang sama, yang namanya sukses. Baik melalui tangis prihatin maupun tawa bangga keunggulan prestasi kita bisa diajak menuju jenjang kesuksesan kedepannya. Semua masalahnya ada pada motivasi.

Akhir bulan lalu saya diundang lagi oleh rekan-rekan muda kolega di LSM yang sudah hampir lima tahun saya tinggalkan demi kesepakatan hal usia. Tetapi mengingat menimbang dst, saya diundang kembali untuk bisa membantu kerja. Tetapi sebelum ikut kerja saya diajak membahas methoda kerja yang akan dipakai. Bagi aktivis LSM atau kebanyakan penggerak swadaya masyarakat mungkin apa yang mau saya paparkan tidak asing lagi. Namun ada perlunya saya kupas sedikit karena saya ingin mengambil pelajaran juga bagi penulis.

Dalam konteks kerja penggerak swadaya masyarakat ada tiga atau empat pihak : UKM/UMKM, atau Usaha mikro kelompok masyarakat, Penyedia jasa dan atau dana dan Pemerintah, dan pihak ketiga/keempat fasilitator. Fasilitator satu pihak yang sebaiknya berdiri ‘non-profit’. Sementara yang lain dapat justru diatur agar dapat berkelanjutan. Fasilitator dan motivator pada zaman awal memberi motivasi atas dasar “keprihatinan” dan mengupas tuntas sehingga disusun bentuk dan urutan kerja. Semua berangkat dari rantai sebab akibat keprihatinan yang diangkat. Setelah dibuat kupasan dan disusun dalam kerangka pembahasan, perencanaan dan evaluasi ditemukan lagi keprihatinan baru berikutnya demikian dst.

Pada kurun waktu belakangan fasilitator berorientasi pemikiran positip, tidak melihat keprihatinan tetapi kesuksesan yang pernah dicapai, misalnya dengan melihat produk unggulan. Dari sana tergugah impian atau harapan yang bisa dan harus ada perhitungan rasional. Disini tidak tergesa gesa membuat rencana dan bentuk kerja nyata sebelum mengidentifikasi nilai nilai yang mau dicapai dan oleh siapa nilai itu menjadi ada. Maka ditemukan stikholder terdekat, penyedia jasa yang mutlak diperlukan untuk dicapainya nilai-nilai yang tersusun seperti rantai kerja meraih nilai.

Kedua pendekatan tersebut sama sama menuntut mengajak masyarakat dampingan terlibat lansung menemukan data dan merencana kerja. Sebab hanya dengan demikian motivasi kegiatan masyarakat dapat terbangun.
Secara keseluruhan kerja fasilitator dalam kerja orientasi ‘impian’ atau produk unggulan tersebut kedua diatas menjadi sbb:

a. Identifikasi nilai : misalnya : peningkatan pendapatan, usaya yang berkelanjutan dsb.
b. Analisis untuk menyusun Rantai nilai
c. Menyusun solusi-solusi berorientasi pasar
d. Evaluasi
e. Identifikasi proses untuk pertimbangan perlunya fasilitator intervensi
f. Membuat system pengukur hasil kerja.

Sepertinya system kerja ini lebih ‘membumi’ daripada cara pendekatan pertama yang sering kurang konkrit.
Belajar dari Ram Charan, dalam bukunya “What The Cuntomer wants you to know?”, terbitan Pt Gramedia P.U. nomor GM.20408.074. saya melihat adanya pengertian Rantai Nilai atau tata nilai yang Penjual wajib tahu tentang kondisi Pelanggan terkait dengan produksi dan semua yang terkait. Para penjual disarankan membuat Value account plan, setelah memotret Pelanggan dalam hal :

a. Informasi konteks dan dasar dari pelanggan
b. Gambaran lengkap bisnis pelanggan
c. Sistem pembuatan keputusan

Dari situ Penjual mempertimbangan dari sisi produk yang dijual untuk memenuhi kebutuhan Pelanggan. Pemikiran Penjual terhadap pelanggan analog dengan pemikiran UMKM terhadap penyedia jasa dan konsumennya sebagaimana diskenariokan oleh fasilitator..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun