Dari gereja Minggu pulang ke Gubug Mimpi, Kakek bertemu rekan Marsudi kompasianer dan Oma Eni, mungkin pulang dari pasar, bilang : “Eee rekamanmu apik, aku suka…….” Kakek bergumam saja kemudian berseru salam juga : “Trims trims, salam selamat pagi…eh agak siang…” Kakek berfikir, kok belum lagi pada datang warga Desa Rangkat, Mas Yayok, Jingga, dkk, mungkin sedang berhari minggu keluar kota……. Rasa rasa mereka tidak suka ber Valentin Day……… Kan banyak teman-teman semangat berdiskusi soal LGBT dan Gerakan Fajar Nusantara…….
Tiba digubug kakek buat minuman, kopi gingseng, dan dipungut roti mari, roti senek, teman berkopi pagi…. Terus sambil melamun juga :
Melihat, mendengar, merekam dihati
Melihat, mendengar, lagi menyaksikan, merekam, ….. melihat, mendengar, merekam, merenungi,….. merenung sendiri itu berputarnya sangat cepat……
“Di gereja setempat Kakek Hari Orang Sakit Sedunia (World Day of the Sick) baru dilaksanakan hari ini. Hari Orang Sakit Sedunia (HOSS) ditetapkan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II pada 13 Mei 1992 dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Thema HOSS yang terus- menerus didengungkan setiap 11
Februari adalah untuk :
1. mengingatkan semua orang beriman untuk berdoa secara khusyuk dan tulus bagi mereka yang sedang sakit.
2. mengundang semua orang beriman untuk merefleksikan sakit dan penderitaan manusia.
3. penghargaan bagi semua orang yang bekerja dalam bidang kesehatan. …..”
“Menghadapi penyakit, di atas semuanya, apalagi penyakit yang berat, selalu menempatkan kita dalam krisis dan membawa serta pertanyaan yang begitu dalam. Barang kali justru kita akan “berontak”...: Mengapa ini terjadi padaku? Manusiawilah : putus asa, berpikir bahwa semuanya telah hilang, bahwa semua hal dalam hidup ini tidak mempunyai arti lagi. Selanjutnya nasehat yang baik selalu adalah “Iman dan Doa”. Bukannya iman itu akan menghilangkan semua itu, tetapi iman dan doa akan menjadi “kata kunci” kearah solusi banyak perkara. Oh, ya, itu salah satu bagian dari Pesan Pemimpin Agama Katholik Sedunia untuk HOSS 2016.”
“Agama selalu berupara merespon situasi dan kondisi kehidupan dan berupaya mengajak umatnya meresponnya semua masalah secara sehat, benar dan baik. Meski tanggapan itu entah bagaimana dapat saja dikemudiannya mendapat perubahan, mungkin saja koreksi, mungkin saja pelurusan atau sekedar penyesuaian agar lebih pas sehubungan dengan perkembangan umatnya.”
“Zaman dahulu menurut hukum Moses, orang Yahudi menghukum dan mengucilkan orang sakit kusta atau lepra, atau penyakit yang mengeluarkan cairan yang najis, keluar dari lngkungan mereka. Yesus menanggapi meraka dengan lembut dan menyembuhkan, samba memberi pengarahan bagaimana pasien itu harus memenuhi kewajiban agamanya.”