Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadhan, Menulis dan Bahagia

21 Mei 2016   06:05 Diperbarui: 21 Mei 2016   08:12 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemarin saya hadir dalam Pertemuan Doa Malam Jumat Kliwon di Candi Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran. Tempat unik yang bisa di googling. Thema besar adalah Kerahiman Allah, Kelimpahan dan Pengampunan, yang maha tiada tara. Kemarin itu saya berfikir tentang saudara saudara saya umat Muslim. Mereka telah bersiap siap memasuki bulan Ramadhan. Saya berulang kali ikut mengalami permenungan mereka tentang Pengampunan, tentang Pemaafan dan Kerahiman Allah  Sumber Kebahagiaan Idul Fitri.

Sudah sejak awal (th.2010) apabila mau menulis di Kompasiana saya berfikir siapa yang sebagian besar akan membaca tulisan saya. Oleh sebab itu saya bahagia bila bisa menulis seri Ramadhan setiap kali bulan Ramadhan. Sekarang sudah cukup banyak tulisan khas Ramadhan di Kompasiana, tidak/belum pada saat itu.

Saya kira sekarang tidak akan ada yang merasa janggal apabila saya juga berbagi pengalaman lahir batin dimalam Jumat Kliwon seperti kemarin itu.

Sambil mendengar lantunan bacaan suci di masjid desa,  saat ini saya menulis, bahwa saya mengalami, menikmati rasa kebahagiaan karena saya dapat menulis sekarang tentang Kerahiman Allah. Hanya karena KerahimanNya saya masih eksis. Hanya kerana KerahimanNya saya bisa menulis cerita tentang KerahimanNya.

Malam itu seorang teman Drs Supriyadi menjelaskan bahwa Gereja Katholik tahun ini merayakan Yubelium Luar Biasa Kerahiman atau  Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Ilahi ... yang diumumkan oleh Paus Fransiskus pada tanggal 13 Maret 2015. dengan antara lain disebutkan.. “kasih Allah yang menentramkan, mengampuni, dan menanamkan pengharapan". Seperti umat Muslim menyebut bulan Ramadhan sebagai bulan suci begitu kira kira umat Katholik menyebut tahun ini yahun suci. Lalu apa yang didorong untuk dilakukan pada tahun suci ini ? Berangkat dari kesadaran akan Kerahiman Allah itu maka umat didorong untuk :

  • Menjalani Pertobatan (Pengakuan dosa dan pemaafan terhadap sesama),
  • Doa harian tahun kerahiman paus Fransiskus;
  • Novena Kerahiman Illahi dan mendoakan saudara2 yang telah meninggal;
  • Perbuatan baik 7 Aksi Kasih;
  • Peziarahan ke tampat tertunjuk.

Pada malam Jumat Kliwon saat itu saya pun diundang untuk berbagi. Sebagai orang Jawa yang suka “bergadang suci”, “tirakatan ing wengi suci Jumat Kliwonan” saya ajak hadirin mendalami arti Kerahiman. Ada muatan makna disitu :

  • Kemurahan Hati, Belas Kasih, Welas Asih, Blaba Remen Peparing,(suka memberi)
  • Kelimpahan, Momot, Memuat, Nampa becik (menerima baik). Legawa, Sae ing Penggalih
  • Rahim milik seorang Ibu, keibuan, merengkuh, memelihara, menjadi pelabuhan hati anaknya, bagaimanapun anaknya selalu diterima.

Kasih Allah secara berlimpah dilukiskan dalam seluruh Alkitab, sebagai Sejarah Kasih Allah. Dan thema peribadatan Gereja Katholik mewartakan Misteri Karya Allah dalam Inkarnasi (Natal), Paskah, dan Pentakosta.   

Untuk kegiatan atau Aksi nyata saya hanya menegaskan ajakan untuk memperhatikan kaum perempuan, kaum pinggiran, orang yang tersisih dan terabaikan.

Tidak kalah penting adalah membangun Komunikasi Manusiawi. Termasuk kepada Tuhan hendaknya kita menghadap bukan sebagai Robot Ritual tetapi manusia dengan nalar dan hati.

Dalam suasana hati yang siap berbagi seperti ini bagaimana saya tidak boleh teringat saudara saudara saya yang juga akan memasuki bulan yang suci Ramadhan.

Dan bahagialah hati saya boleh menulis ini untuk anda semua pembaca.

Selamat menyongsong Balan Ramadhan.

Salam hormatku, Emmanuel Astokodatu.

Ganjuran, 21 Mei 2016.

  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun