Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pidato buat Negri

17 Agustus 2011   00:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:43 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

PIDATO SAMBUTAN

SIDIDOTPENGANGGURAN

DIBELAKANG GEDUNG BUPATI KEPDA

Assalam Allaikum Warochmatllah Wabarakatuh.

Selamat pagi bangsaku, selamat pagi Negriku, dihari ulang tahunmu ke enampuluh enam. Marilah kita panjatkan Puji Syukur ke hadapan Tuhan karena saat ini engkau bisa hadir bersama si Didot Pengangguran di belakang gedung rumah dinas Bupati Kepda, yang disini adalah Kepala yang saya kenal.

Bersyukurlah Bangsa dan Negriku, bekas lukamu telah tidak nampak. Kendati luka luka baru semakin bernanah.

Bersyukurlah Bangsa dan Negriku, sekarang perang telah selesai. Perang Dunia Pertama dengan korban 20 juta, Revolusi Rusia dengan korban 50 juta. Perang Dunia Kedua dengan korban 130 juta, dan barangkali engkau ikut menyumbang jumlah itu.

Bersyukurlah Bangsa dan Negriku, dirumahmu telah tiada zenasah berserakan, para syuhada negri ini telah rapi berderet di Taman Makam Pahlawan. Mereka siap mendengar laporanNazaruddin tentang berita terbaru dari pengchinatan negeri ini.

Bersyukurlah Bangsa dan Negriku, aku dan teman-teman pengangguran masih bisa mengkais sisa makanan dari keranjang sampah dan uluran tangan orang yang baik hati. Sementara saya dengar tadi malam ada 800 juta orang lapar di dunia itu. Entah saya sudah terhitung apa belum.

Saya selaku warga Bangsa dan Negriku, hanya bias menyaksikan upacara Negara yang meriah dan gegap gempita, saya mengharap para Kepala dan Pejabat pembatunya :


  1. kapan lapangan kerja tersedia bagiku
  2. kapan duit yang dicuri koruptor tersalur untuk kesempatan pengobatan yang mencekik penderita
  3. kapan disiplin baris berbaris itu wajibkan bagi para jagabaya, para polisi, para jaksa, para hakim dan barisan penegak hokum yang berderat-deret seperti makam para pahlawan di Kalibata.
  4. kapan para wakil rakyat teringat akan lapangan kerja dan rumah para pengangguran dan gelandangan kota, ketika merancang jadwal persidangan dan peninjauan keluar negeri.
  5. kapan upacara ini berkelanjutan mewujutkan harapan para pendiri negri dan pahlawan banga, hentikan sengketa dan berjuang untuk kepentingan bersama

Demikian salam untuk Bangsa dan Negriku. Inilah Pidato si kecil, semoga didengar, sekedar sekelumit harapan. Merdeka….

Wassalam Alaikum Warochmatllah Wabarakatuh.

Yogyakarta, 17 Agustus 2011

Si Didot. Dkk. Pengguran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun