Setelah berbincang tentang Cemburu dan dimadu, mari kita berbagi kisah tentang Cinta dan Selingkuh. Catatan ringan tentang cinta, itu yang mau saya tulis, tetapikasus peselingkuhan itu nampaknya lebih menarik bukan ?. Tidak apa-apa ya ? Dan konsep cinta itu ada rumusnya setelah diikuti ceritanya.
Cerita Cinta yang fiksi tentunya dapat dipaparkan lebih seru, sementara cerita penulis ini cenderung datar saja. Tetapi boleh juga dibuat heboh biar pelakunya yang ditokohkan tidak tanggung-tanggung semakin ngetop dan narsis.
Percintaanku ini, percintaan penulis sendiri. Dimulai dari SMP klas tiga. Ini dengan isteri pertamaku. Dan itu tidak sebuah sanggahan bahwa dari SD bocah ini sudah jagonya pacaran. Anak sekolah desa tetapi jaman perang itu banyak keluarga kota mengungsi di desa dan membawa budaya kota : kehidupan kota termasuk cara pergaulan anak kota. Di SMP itu nama gadis yang nanti jadi isteriku sudah diperkenalkan oleh adiknya. Dia bilang : Mas nanti saya kenalkan sama kakak saya ya, rupa wajahnya mirip mas pula. Buusyeeet! Suatu celoteh yang spontan tanpa diperhitungkan oleh si empunya omongan. Lah di SMA lagi lagi ada dua orang biarawati berlomba mendoakan penulis. Yang seorang akan menjodohkan remaja SMA itu dengan seorang siswanya dilain kota, sementara yang seorang mendoakan jagonya agar melanjutkan studinya sampai tuntas nanti diujung harinya. Bagi sang remaja semuanya tidak dirasakan, sebab semua hanya celotehan dan ungkapan harapan belaka. Sementara remaja dan remajinya belum saling berkenalan, bertemupun belum.
Tujuh tahun berikutnya setelah mengarungi kancah pembelajaran dan pelatihan hidup ini, dua orang muda, dua remaja yang ddulu dijodohkan orang, baru siap menikah. Melalui perkenalan yang unik dengan diberikan foto-foto dan melalui surat menyurat (dahulu belum ada hp dan internet). Surat merupakan sarana komunikasi yang murah meriah dan efektip.Pendeknya perjodohan sukses dan pernikahan terjadi, tanpa disadari bahwa orang lain telah ada yang membayangkan bahkan mengharapkan pertemuan dua insan itu dalam perkawinan suci.. Dua tahun setelah pernikahan adik isteri dan juga seorang biarawati yang pernah berkata mau menjodohkan remajanya dulu itu datang dan bersorak sorai . “Oh,terkabullah doaku” katanya.
Cerita itu hanya mau mengatakan bahwa “jodoh itu ditangan Tuhan”. Jodoh adalah pasangan, setting peran suami dan isteri. Suatu peran yang sungguh alami, susah direkayasa, kecuali stasiun TV yang mencoba membuat rekayasa-rekayasa perjodohan modern itu. Tetapi dengan rekayasa itupun menunjukkan betapa tidak sederhananya setting peran suami isteri. Setting peran yang memang harus khas, unik, dan istimewa. Jangan ditukar balikkan jangan dinego lagi kalau sudah jadi. Relasi suami isteri itu “sui generis”, masing-masing punya karakternya sendiri, yang alami seasli orangnya.
Relasi cinta suami isteri itu untuk tujuan kebahagiaan dan keturunan. Itu tertulis pula dalam Hukum Perkawinan.
Relasi cinta suami isteri itu dibentuk dari dengan oleh Selera. Akalbudi, Naluri, Nurani pendeknya pribadi manusia yang satu dengan yang lain yang saling tertarik atau tegasnya saling cinta.
Maka konsepsi Cinta dari suami dan isteri itu harus dan biasanya dan awalnya merupakan Relasi Cinta yang memiliki Nilai-nilai, Iman, Aturan hukum, dan pada setting peran yang alami tadi.
Bukankah ada perintah Cinta kasih kepada sesama semua saja ? Sesama adalah semua orang lain daripada diri sendiri. Hukum cinta sesama harus dijalankan tulus, jujur, dari hati kehati. OK. Itu dari sisi Potensi, padahal kenyataannya ada Suara Hati, Iman, Nilai-nilai, Aturan hukum, dan Setting peran harus dipatuhi agar konsepsi Cinta menjadi utuh.
Suara Hati Murni adalah Panduan Hidup dalam Pribadi utuh.
Iman adalah jawab dari Sapaan, Kasih, dan Perintah Allah ‘
Nilai adalah ukuran, matra-matra perilaku.
Aturan hukum adalah petunjuk dan rambu-rambu perilaku social.
Setting peran adalah susunan social dalam kebersamaan kita. Setiap kata kerja / verb yang mempunyai pokok/subyek dan sasaran/obyek (transitif) mempunyai setting peran (pasangan subyek obyek yang melekat pada prinsip arti/nilai kata kerja itu. Tidak pernah diubah : kakak-adik, guru-murid, suami-isteri, penjual-pembeli,dsb Bukan “Suami- adik isteri” atau “Adik suami – isteri” Itulah Setting Peran yang khas.
Pada hal dengan kisi-kisi ini Cinta Kasih menjadi mendekati sempurna. Cinta kasih yang paling dekat sempurna kalau terbukti dengan pengorbanan dan permaafan atas kekurangan pasangan.
Dan dengan kisi kisi ini Selingkuh lebih buruk daripada gaya tari Lady Gaga dimata penulis.
Penulis yakin bahwa perselingkuhan adalah anomala yang sangat buruk, penyimpangan dalam perkawinan menyangkut setting peran dan kesetiaan. Sebab perdefinisi selingkuh adalah menyimpang dalam arah cinta suami isteri dengan mengubah setting peran dari cinta suami/isteri kepada yang bukan isteri/suami. Perselingkuhan juga pengkhianatan cinta suami isteri dengan coreng moreng pelecehan terhadap kebenaran dengan pelbagai kebohongan.
Reaksi terhadap perselingkuhan, Alasan dan katalisator peselingkuhan diuraikan oleh Rekan Ella Zuleha dalam pertanyaan : Mengapa orang bersikap apatis melihat perselingkuhan, di http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/05/19/mengapa-orang -bersikap-apatis-melihat-perselingkuhan/ seperti saya kutip salah satunya “HP dan internet”, ditulis tentang proses perselingkuhan itu: “keduanya menjadi aktif berkomunikasi via japri (jaringan pribadi). Hmmm, lagi-lagi Blackberry dijadikan media terjadinya perselingkuhan. Bahkan di situs jejaring sosial pun keduanya tak canggung saling memanggil “sayang, hon, beb” (ibidem).
….Hallo Peselingkuh saya peduli anda dan menulis ini.
… Kembalilah keharibahan Cinta dan Kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H