Tiga pengalaman yang menggelitik. Pertama ketika tadi saya ingin membaca ulang berita tentang Tuhan dari Banyuwangi. Kedua ketika tadi saya ingin membaca ulang tulisan paling awal di th 2010. Ketiga ketika tiga empat hari lalu saya disenggol teman karena sebut menyebut namanya……
Pertama saya klik Google dan menemukan web terdepan teratas yang saya kelompokkan dengan saya beri judul :
Nama Tuhan harus diganti
• Memangnya Tuhan Salah Apa? - KOMPASIANA.com
http://www.kompasiana.com/iskandarjet/memangnya-tuhan-salah-apa_55dd2e988023bd7a0b9fd72e 22 jam yang lalu ... Dan ketika Tuhan ditemukan di Banyuwangi, beritanya benar-benar meledak— persis seperti yang dikatakan bosnya Jaggu. Semua orang ...
• Kenalkan, Pria ini Bernama Tuhan dan Dia Tinggal di Banyuwangi
http://news.detik.com/berita/2997299/kenalkan-pria-ini-bernama-tuhan-dan-dia-tinggal-di-banyuwangi 5 hari yang lalu ... Kenalkan, Pria ini Bernama Tuhan dan Dia Tinggal di Banyuwangi. Putri Akmal - detikNews .... Lagi, Bom Rakitan Ditemukan di Lhokseumawe.
• Sikap MUI Jatim Berlebihan Terhadap Tuhan dari Banyuwangi ...
http://indonesiana.tempo.co/read/46472/2015/08/25/agus_stwn72/sikap-mui-jatim-berlebihan-terhadap-tuhan-dari-banyuwangi 1 hari yang lalu ...
Selanjutnya saya membuka Daftar Tulisan saya yang sebenarnya kopian dari daftar tulisan di profile saya di Kompasiana gaya lama. Biasanya dengan klik Ctrl menunjuk judul sudah menjadi link yang bisa mengakses artikelnya. Tetapi :
Nama Saya “dihilangkan….” Tidak sekedar harus diganti.
Sosbud : Nama, What Is a Name
Mengantar tulisan selanjutnya adalah perkenalan saya. Nama saya Emmanuel Astokodatu. Saya tahu sekurangnya ada 4 orang selain saya memakai nama Astokodatu. Nama yang memberi beban ... OPINI | 26 January 2010 10:48 135 0 0
Unable to open http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/26/ name-what-is-a-name/61207/html cannot down load the information you request.
Ya sudahlah, Never mind. Kompasianer ini mengalir ikut hanyut saja…..
Beberapa hari lalu di Fb saya menerima komentar atas “Nama” yang saya sebut…..
Sebut “nama” saya saja….., kata teman saya…..
maksudnya: jangan sebut pakai Bunda, Ibu, Mama, dst. Padahal maksud saya mau menghormatinya. Saya diajar oleh ayah saya. Dia kepada bekas muridnya tak pernah memanggil langsung hanya sebut nama. Kerap saya dengar bekas murid itu juga protes: Bapak, sebut saja nama saya, saya justru rindu Bapak Guru memanggil saya Dolah, bukan Abdullah, bukan Pak Abdullah gitu……
Saya sendiri kebanyakan dapat mengenal teman saya itu kenal saya dimana, dan dia dari daerah saya atau bukan, dari cara dia memanggil / memenggal nama saya yang panjang ini.
Nama memang sesuatu banget bagi kita semua. Tetapi betapa penting dan sesuatu banget jangan lupa yang terpenting bahwa nama kita tercatat oleh Sekretaris Sorga. Tergolong orang macam apa kita, jangan sampai tidak tercatat lagi dan terhapus ……
Dengan salah perilaku dan kemunafikan nama kita bisa terhapus……. Bagaimana…?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H