Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kuasa Doa dan Powerpoints

4 Maret 2015   13:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:11 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal tahun ini saya bertemu dengan seseorang adik-klas 3-4 tahun dibawah saya. Dia memperkenalkan diri lagi sebagai pengelola majalah. Majalahnya yang terbit di Jakarta itu dinamakan : “Kuasa Doa”. Kata keren ini kelihatannya mudah dipahami. Tetapi pemahaman yang betul bisa dipermasalahkan. Karena itu saya bisa berbagi sambil saya mau mencoba meyakinkan diri saya sendiri tentang makna kata : “Kuasa Doa” menurut saya.

Singkat saja : Kuasa doa bukan bahwa dengan doa kita bisa mengubah dan menjadikan apa yang kita harapkan dalam doa itu terjadi demi doa saya. Tetapi : Dengan doa (bukan mantera) maka Kuasa Allah bisa jadi membuat harapan kita terlaksana. Dan bila kita percaya dan yakin terjadi peristiwa dimana Kuasa Allah itu terjadi pada kita, sudah pasti itu suatu peristiwa penting atau cukup berarti dalam kehidupan kita.

Nampak sedikit lain tetapi bisa terkait adalah : PowerPoints”. Kita tahu kata itu diambil dari istilah teknis program komputer : Microsoft Office PowerPonts. Sejak saya mulai belajar menggunakan komputer, saya sudah membiasakan diri menggunakannya. Sebab setelah selesai membuat makalah bahan ‘ceramah’, saya harus membuat butir-butir pokok bahan yang mau dideseminasikan. Kata-kata kunci pemahaman pokok-pokok bahan menjadi kata yang mempunyai kuasa. Dengan mengingat kata kunci kita segera mengingat pokok bahan sehingga kata-kata kunci bagaikan kata yang berkuasa. Points yang kuasa mengingatkan kita pada butir butir keseluruhan materi ceramah sesuai makalah yang sudah disusun matang. (Termasuk kemungkinan butir2 itu sudah tersusun justru sebelum makalah dibuat.)

Saya andaikan bila saya menulis sejarah atau bila itu biografi/riwayat hidup seseorang atau saya sendiri, kita bisa memilih dari butir-butir penting dalam peristiwa kehidupan. Peristiwa penting dalam kehidupan bisa dijadikan “tonggak” sejarah. Titik tercatatitu bisa : saat kelahiran, saat masuk sekolah, saat tamat belajar, saat perkenalan dengan calon suami/isteri, saat pertama mulai bekerja, saat perpisahan dengan orang yang dicintai,.. dst..... Ada peristiwa perubahan status, domisili, profesi, dalam hidup seseorang. Ada peristiwa mengesan yang mempengaruhi arah hidup kita, saran, pesan, pandangan visi dan misi kehidupan. Maka jangan lupa pula dengan pemahaman pertama diatas terkait dengan “Kuasa Doa”. Peristiwa dimana ada disana campur tangan Kuasa Allah secara signifikan bagi iman kepercayaan seseorang.

Ada cerita dari ayah saya almarhum bahwa dia tiga kali mendapat tawaran kepindahan profesi/domisili tidak diterima. Sebab ayah saya memilih setia pada rasa keterpanggilannya sebagai guru, dan pembangun masyarakat desanya. Desa itu sebenarnya bukan desa tempat dimana dia lahir tetapi desa dimana dia sudah berjanji untuk memajukannya. (ayah saya hidup th 1900-1976) Pertama pada th 1931 merasa belum selesai membuat asrama perempuan, dia menolak untuk tawaran alih tugas kelain kota. Th.1944 merasa tidak sampai hati meninggalkan murid-muridnya, kendati tanpa gaji, menolak alih tugas di lembaga lain yang lebih menjanjikan. Th.1946 mendapat panggilan kerja di staf pemda ditolak karena lebih terpanggil tetap sebagai guru. Tantangan-tantangan itu katanya membuat justru lebih dikuatkan dalam kerjanya dan doanya. Menurut saya bagi ayah saya titik tonggak saat itu merupakan salah satu peristiwa pengambilan keputusan eksistensial dimana dia diteguhkan Tuhan dalam melaksanakan panggilan hidupnya.

Cerita pengakuan teman saya lain lagi. Mas Rodli, seorang teman Moslem yang sholeh, mengaku sejak muda berencana akan kawin muda, supaya bila diberi anak dia dapat membeayai sekolah anaknya hingga selesai. Teman ini anak seorang nelayan dari Bojonegoro Jatim. Dia melihat ayahnya seorang pelaut hidupnya susah, berat dilautan ditengah alam yang sering kali ganas. Mas Rodli kepengin hidup anaknya nantinya jangan disana. Karena itu dia berupaya keras setelah tamat SMA dia merintis sebuah usaha. Dan usaha itu maju serta dia memang sangat semangat. Semangat itu kembali dipompa oleh ucapan temennya : Jangan terlalu semangat, bagaimanapun kau tak akan mampu menyaingi usahaku. Tetapi justru penghinaan itu semakin membuat dia gila kerja. Dan terbukti Mas Rodli sekarang masih jaya dan anak perempuan pertama selesai S1 dan bekerja sebagai laborat di sebuah apotheek, sementara anak kedua lelaki masih kuliah untuk mencapai S2. Kata dan hinaan dikatakan oleh seorang Rodlisebagai tonggak tak terlupakan memompa semangat hidupnya, dan tidak lupa doa lima waktu sebagai seorang Moslem yang baik.

Sebuah pengakuan lain dari cerita kesaksian kehidupan menceritakan mempunyai tonggak sejarah hidup dengan pengalaman psikolgis 2 atau 3 kali. Peristiwa pertama : diam-diam Sirtu (sebut saja namanya) mendengar kata-kata ortu sahabat Sirtu melarang anaknya untuk bermain/menjadi teman bermain Sirtu. Sebab Sirtu anak nakal. Sekitar th 1952. Sejak saat itu Sirtu ingin membuktikan bahwa ia akan menjadi kejutan bagi keluarga teman-yeman yaitu bahwa seoran Sirtu adalah anak nakal yang baik. Itu membuat Sirtu memilih masuk sekolah Seminari Mertoyudan. Sirtu masuk th 1953 dan menyelesaikannya disana 1960. Cita-cita menjadi orang baik : jadi pastor, jadi orang suci, jadi pertapa, jadi pendoa. Sirtu mengatakan melihat pergeseran citra idamannya dari yang spesifik menjadi lebih umum. Ketika Sirtu memilih jalan jenjang berikutnya ternyata Ibu Sirtu yang sakit tidak menyetujuinya, karena dari dua orang puteranya lelaki salah satu harus memberikan cucu baginya. Ibunya sebelum menghembuskan nafas terakhir th 1960 bulan Juli tanggal 22 minta agar Sirtu mengurungkan niatnya dan hanya disetujui adik Sirtu untuk menjadi pastor. Dan memang demikian doa ibu mengantar adik Sirtu sampai ditahbiskan imam th.1970. Sirtu masih bertahan dengan rencana yang telah lama diarintis dengan demikian daya dan energi lahir batin itu. Dan Sirtu bertahan direncana itu hingga 4 tahun. Namun akhirnya Sirtu mengubah pula arah jalan ketika Sirtu memang boleh dengan bebas menentukan ulang pilihan hidupnya di th 1964 akhir. Sejak saat itu Sirtu memilih menjadi orang biasa se biasa dan sesederhana mungkin. Dalam hidup berdoapun Sirtu sangat minimalis untuk memperkuat dinamika praksisnya. Dan itu dia melakukan tanpa meninggalkan niat menjadi orang baik dan atau aktivis praksis. Tonggak sejarah hidup rohani Sirtu di tandai oleh Ucapan negatif tentang dirinya th 1053, kemudian pada th 1960 berimbas pada th.1964, oleh Pesan dan Harapan Bundanya. Peristiwa-peristiwa itu percaya atau tidak dia yakini Tuhan berbicara melalui sesama (ortu sahabat,dan ibunya) dan mempengaruhi hidup seorang Sirtu secara global.

Demikian saya melihat Kuasa Doa terkait dengan PowerPoints sejarah kehidupan seseorang dalam pelbagai sisi kehidupannya. Ada peristiwa mengesan yang ditangkap sebagai peristiwa campur tangan illahi karena memang ada kesadaran iman dan itu mempengaruhi keputusan penting dan eksistensial (baca : menyangkut hidup mati seseorang).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun